Buku Panduan Cekfakta.com EN
Daftar Isi
6. Manfaat untuk Media Nasional
(Bagian berikut ini ditulis sebagai testimoni oleh Pemimpin Redaksi KBR Citra Prastuti yang mengisahkan bagaimana kolaborasi CekFakta.com membantu medianya melakukan diversifikasi produk untuk menjangkau audiens yang lebih beragam.)
Siang itu di pertengahan 2018, ada rapat konsolidasi antara MAFINDO dan media-media yang tergabung dalam kolaborasi Cek Fakta. Ini terhitung rapat-rapat awal yang kerap dilakukan bersama, dengan tuan rumah bergiliran di kantor-kantor media yang menjadi anggota jejaring CekFakta.com. Kali ini kebetulan rapatnya diadakan di kantor BeritaSatu, di Jl Gatot Subroto, dekat kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Ketika saya tiba di sana, ada Aribowo Sasmito, co-founder MAFINDO, yang sedang bercerita tentang banyaknya hoaks dan misinformasi yang harus di-debunk oleh tim MAFINDO. “Dalam satu hari bisa ada 6 hoaks, kadang lebih,” begitu kata Aribowo.
Saat itu saya hadir di rapat bersama Danang Kukuh Wardoyo, yang menangani digital development di KBR, karena salah satu agenda rapat adalah soal content management system (CMS) Yudistira yang akan dipakai kolaborasi ini.
Ketika mendengar pernyataan Aribowo, seketika kami langsung saling menengok dengan ide-ide berlompatan di kepala. Kebetulan KBR saat itu tengah mengembangkan podcast. Seusai rapat, kami mendekati Aribowo dan berkata,“Mas, kita kolab bikin podcast Cek Fakta yuk!”
Ide ini disambut baik Aribowo dan kami langsung mengatur agenda pertama untuk membuat product dummy. Saat itu KBR belum punya tim cek fakta internal karena berbagai keterbatasan. Karena itu kami putuskan untuk membuat konten secara kolaboratif, dengan mengedepankan otoritas teman-teman MAFINDO yang memiliki kepakaran di soal pengecekan fakta. Karena itulah prinsip kolaborasi yang sesungguhnya - menyatukan lebih banyak kekuatan untuk mendorong sesuatu yang lebih besar. Bukankah setiap orang paling tidak adalah pakar dari satu hal? Maka berkolaborasi adalah kunci.
Kami lantas berkumpul di kantor KBR, memilih satu hoaks untuk diproduksi bersama, lantas mendengarkannya bersama-sama.
“Banyak media punya tim periksa faktanya masing-masing. Kita coba bikin sesuatu yang beda. Awalnya kita bahas setiap hoaks yang paling ramai beredar langsung bersama orang yang melakukan de-bunking. Termasuk memberikan tips-tips terhindar dari atau mengenali hoaks,” kata Malika, Manajer Program dan Podcast KBR, yang ikut terlibat di pembuatan dummy konten Cek Fakta bersama MAFINDO.
Podcast Cek Fakta adalah salah satu podcast kolaborasi generasi pertama yang dibuat KBR, dengan bendera KBR Prime yang fokus pada pengembangan produk podcast. Episode 1 Cek Fakta mengangkat hoaks soal vaksin campak yang ramai di bulan Agustus 2018 yang lantas di-debunk bersama tim MAFINDO. Saat itu, podcast masih belum sepopuler sekarang.
Karenanya kami memanfaatkan kekuatan radio jaringan KBR di 34 provinsi. Produk audio Cek Fakta ini lantas dibuat sebagai segmen di siaran radio prime time pagi “KBR Pagi”, kemudian diolah ulang sebagai produk podcast yang ditempatkan di platform KBR Prime (www.kbrprime.id), juga didistribusikan lewat Spotify, Google Podcast, dll.
Seiring waktu, segmen Cek Fakta di radio di-spin off menjadi podcast dengan durasi yang lebih panjang. Dan sejak Desember 2019, podcast ini ditawarkan kembali oleh KBR ke radio jaringannya. Saat ini Cek Fakta ditayangkan sebagai podcast, juga disiarkan oleh 7 radio jaringan KBR di Banyuwangi (Jawa Timur), Pangandaran (Jawa Barat), Toili (Sulawesi Tengah), Muaro Jambi dan Sengeti (Jambi), Lubuk Linggau (Sumatera Selatan) dan Denpasar (Bali).
Perjalanan kolaborasi KBR dan MAFINDO mengajarkan banyak hal soal bagaimana masyarakat kita berinteraksi dengan hoaks dan misinformasi. “Banyak HLBK kalau kata Mas Ari,” kata Don Brady, host podcast Cek Fakta. HLBK ini maksudnya Hoaks Lama Bersemi Kembali. “Setiap minggu ada saja hoaks soal agama. Paling nggak ada 1 yang selalu nangkring di Top 5 Hoax of the Week.” Kadang kami menemukan hoaks yang terasa ‘aneh’ dan membuat tim di redaksi berpikir,”Ini hoaks aneh banget, masa ada orang yang percaya sih?” Tapi itulah kenyataannya: banyak hoaks yang ‘aneh’ – too weird to be true – tapi dipercaya banyak orang.
Format yang saat ini diusung podcast Cek Fakta adalah “Top 5 Hoax of the Week”, yaitu hoaks yang berada di peringkat lima teratas dengan engagement tertinggi di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram). “Dari situ hoaks-hoaks ditelusuri faktanya dan dijabarkan secara detil kepada pendengar. Dengan begitu, podcast ini mengajak orang kritis dan lihai mengidentifikasi informasi yang diterima,” tutur Wydia Angga selaku produser podcast Cek Fakta. “Harapannya, pendengar bisa belajar bagaimana melakukan debunk secara mandiri seperti yang dilakukan oleh para pemeriksa fakta.”
Sampai tulisan ini dibuat, Podcast Cek Fakta sudah mencapai 160 episode. Dengan kekuatan kolaborasi, maka ikhtiar untuk melawan hoaks dan misinformasi bisa terus berjalan, menjangkau orang lewat suara - di podcast maupun di radio jaringan. Sampai saat ini, produk kolaborasi kami ini adalah satu-satunya konten berbentuk audio yang diproduksi khusus untuk melawan hoaks. Kita perlu lebih banyak lagi ragam format konten untuk menjangkau audiens. (*)
PELAJARAN PENTING
- Kolaborasi CekFakta.com mendorong munculnya banyak program kolaborasi serupa dari anggota jejaringnya. Dari satu, tumbuh seribu.
- Kolaborasi yang ideal memanfaatkan kelebihan satu pihak yang tidak dimiliki pihak yang lain dan bekerja bersama menyatukan berbagai kelebihan itu menjadi sesuatu yang berdampak lebih luas.
- Para anggota jejaring memanfaatkan konten CekFakta.com untuk diolah kembali menjadi berbagai format berbeda sesuai kebutuhan audiensnya. Dengan begitu, dampak dan jangkauan dari setiap konten periksa fakta menjadi lebih besar.