Buku Panduan Cekfakta.com EN
Daftar Isi
5. Pencapaian Penting
Cekfakta.com berdiri di tengah situasi panas menjelang Pemilu 2019, ketika polarisasi yang terbangun sejak Pemilu 2014 masih belum padam, bahkan semakin meningkat. Karena itu, tidak salah jika misi penting pertama dari cekfakta.com adalah membendung upaya penyebaran hoaks menjelang dan selama tahun pemilu 2019.
Karakter hoaks Pemilu 2019 berbeda dengan hoaks Pemilu 2014. Pada Pemilu 2014, hoaks yang mendominasi ruang publik banyak bertemakan saling serang antar kubu pendukung. Kabar hoaks yang menyasar legitimasi penyelenggaraan pemilu baru muncul sesudah hari pelaksanaan pemilu. Sedangkan untuk Pemilu 2019, hoaks yang mempersoalkan legitimasi penyelenggaraan pemilu sudah muncul beberapa bulan sebelum hari pencoblosan.
Dengan anggota jejaringnya yang luas, kolaborasi CekFakta.com bisa mendapatkan respon yang cepat dari target sasaran hoaks Pemilu 2019. Ketika ada hoaks yang menyerang lembaga terkait pemilu misalnya, ataupun hoaks yang bermula dari pelanggaran oknum petugas penyelenggara pemilu, dengan cepat jurnalis yang ada dalam kolaborasi ini bisa mendapatkan klarifikasi dari sumber tangan pertama. Hasil klarifikasi itu kemudian bisa segera ditayangkan di cekfakta.com untuk kemudian bersama-sama didiseminasikan melalui kanalnya di media masing-masing.
Model kolaborasi ini terbukti efektif dalam banyak kasus hoaks sepanjang masa kampanye Pemilu 2019. Misalnya ketika ada isu bahwa Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) menuding surat suara versi Braille sengaja dibuat berbeda untuk menguntungkan salahsatu calon presiden. Konon kabarnya, braille untuk nomor 1 hurufnya timbul sedangkan untuk nomor 2 tidak teraba. Kabar yang berpotensi merusak kredibilitas penyelenggaraan pemilu ini dengan cepat bisa diklarifikasi sebagai hoaks oleh jurnalis Tempo.co dan segera masuk dalam database cekfakta.com. Begitu dipublikasikan di CekFakta.com, tentu konten ini bisa dibagikan dan didistribusikan bersama.
Tantangan selanjutnya ketika memasuki hari pencoblosan pemilu dan masa pasca pencoblosan. Pada momen-momen itu, banyak informasi kabur muncul secara sporadis dari berbagai daerah. Isunya macam-macam, mulai dari soal sah tidaknya surat suara, hingga soal perhitungan suara dengan formulir C1. Di sinilah kapasitas cekfakta.com diuji.
Untuk itu, kami bersepakat untuk berkumpul bersama di dua hari masa pencoblosan di Soehanna Hall, lantai dasar The Energy Building yang ada di kawasan SCBC, Jakarta Selatan. Didukung oleh Google News Initiative, semua media dan lembaga anggota jejaring CekFakta.com berkumpul bersama belasan mahasiswa yang kami rekrut dari Universitas Mutimedia Nusantara dan Universitas Indonesia.
Dua pekan sebelumnya, kami berkomunikasi dengan para programmer dari Meedan, sebuah lembaga non profit di bidang teknologi terbuka. Difasilitasi Irene Jay Liu dari GNI, kami membahas mekanisme paling efektif untuk melakukan verifikasi atas berbagai hoaks yang terjadi selama pemilu. Meedan memiliki aplikasi Check yang sudah banyak digunakan para pemeriksa fakta di banyak negara lain.
Setelah serangkaian diskusi, disepakati CekFakta.com akan menggunakan Check sebagai basis platform dalam menyaring hoaks di media sosial, sebelum kemudian diverifikasi langsung ke lapangan dan ditayangkan ke platform Yudistira. Di sistem manajemen konten buatan Mafindo ini, para editor dari Mafindo akan membantu melakukan pemeriksaan final sebelum konten itu bisa ditayangkan di CekFakta.com.
Dengan menggunakan jejaring jurnalis dari media-media yang tergabung dalam kolaborasi ini, maka pemeriksaan fakta atas berbagai hoaks yang beredar selama pemilu bisa berlangsung lebih cepat. Setelah sebuah hoaks disepakati akan diperiksa, jurnalis media anggota cekfakta.com yang lokasinya terdekat dengan titik hoaks bisa langsung berangkat ke sana dan melakukan verifikasi atas klaim tersebut. Media yang tidak punya jurnalis di lokasi tersebut terbantu dengan klarifikasi yang didapatkan karena mereka juga bisa ikut mempublikasikan artikel klarifikasinya.
Salah satu contoh adalah ketika beredar sebuah video berdurasi 6 menit 24 detik pada hari pencoblosan. Video itu viral di media sosial, dan menunjukkan kerumunan massa di suatu tempat di Sumatera Utara yang menyampaikan kekecewaannya terhadap KPU. Penyebarnya memasang narasi bahwa inilah salahsatu bukti kecurangan Pilpres 2019.
Mengingat begitu sensitifnya informasi ini, tim yang sedang melakukan live fact-checking secepatnya memutuskan mencari jurnalis dari lokasi terdekat. Beruntung ada jurnalis Liputan6 di Sumatera Utara yang bisa berangkat ke lokasi. Dia kemudian mengkonfirmasi kebenarannya kepada Ketua KPU Sumatera Utara, dan mendapatkan fakta bahwa video itu adalah video lama ketika Pilkada Tapanuli Utara 2018. Klarifikasi ini segera tayang di cekfakta.com dan segera dipublikasikan bersama.
***
Tak bisa dimungkiri bahwa 2019 adalah tahun yang sibuk untuk CekFakta.com dengan berbagai aktivitasnya. Kami tidak hanya melakukan periksa fakta terhadap informasi yang beredar di media sosial, namun juga melakukan periksa fakta terhadap informasi yang disajikan oleh para kandidat, khususnya calon presiden dan calon wakil presiden dalam acara serial debat yang diselenggarakan KPU.
Program live fact-checking pada debat presiden ini dilakukan karena Cekfakta.com berkeinginan untuk membantu masyarakat mendapatkan kejernihan informasi atas klaim yang disampaikan oleh kandidat. Kami berharap CekFakta.com bisa berkontribusi sehingga masyarakat lebih mengetahui kapasitas dan karakter dari calon yang tengah berkontestasi.
Pada hari pertama debat calon presiden, kami berkumpul di kantor Google Indonesia, di SCBD, Jakarta Selatan. Puluhan pemeriksa fakta dari berbagai media berkumpul di satu ruangan untuk memeriksa fakta atau klaim dari setiap pernyataan kandidat. Kami juga mengundang sejumlah pakar, akademisi dan perwakilan masyarakat sipil yang menguasai isu yang diperdebatkan. Masukan dari mereka akan memudahkan pemeriksa fakta mencari sumber informasi untuk memeriksa klaim para kandidat. Para pakar ini juga bisa langsung menjadi narasumber yang pernyataannya dikutip untuk penulisan artikel cekfakta yang terkait.
Pemeriksaan fakta pada hari pertama debat itu berlangsung meriah. Karena para kandidat mungkin belum tahu kalau bakal ada aktivitas periksa fakta terhadap setiap pernyataan mereka, baik calon presiden Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, banyak mengumbar angka dan data untuk mendukung klaim mereka atau mematahkan klaim lawan. Berbagai referensi atas fakta dan data dalam klaim mereka kemudian kami periksa. Ada beberapa klaim yang terbukti benar dan ada pula yang terbukti salah.
Misalnya Capres incumbent Joko Widodo yang mengklaim 3 tahun terakhir tidak ada kebakaran hutan di salah satu bagian debat. Klaim ini dengan cepat diperiksa faktanya dengan memeriksa database Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian terkait. Terbukti bahwa klaim ini salah karena masih ada kebakaran hutan dalam kurun waktu tersebut.
Demikian juga ketika capres Prabowo Subianto mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia dinilai stagnan oleh Bank Dunia. Setelah dilakukan periksa fakta, klaim ini salah. Dari riset atas semua rilis Bank Dunia tentang Indonesia, tidak ada pernyataan semacam itu.
Beberapa artikel periksa fakta dari proses debat capres ini menjadi sangat viral di media sosial. Tak ayal, cekfakta.com menjadi perhatian publik. Mungkin karena itu, hanya dua hari setelah debat pertama, domain cekfakta.com diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Situs cekfakta.com sempat down beberapa saat, sebelum akhirnya bisa dipulihkan kembali dengan keamanan yang lebih baik.
***
Pada hari pengumuman pemilu 2019, tim CekFakta.com kembali berkumpul. Kami menyadari ada ketidakpuasan beberapa kelompok masyarakat, yang sebagian mereka masih terpengaruh oleh narasi hoaks seperti surat suara yang tercoblos, server yang dihack, sistem penghitungan suara yang konon dikendalikan asing ataupun generalisasi atas pelanggaran pelaksanaan pemilu. Situasi yang serba tak menentu secara politik, bisa menyebabkan klaim-klaim lama soal kecurangan pemilu kembali diangkat di media sosial. Kami pun bersiap memeriksanya kembali.
Pasca pengumuman pemilu, terjadi demonstrasi besar di Jakarta pada 21-22 Mei 2019. Sedikitnya enam orang meninggal, puluhan lainnya cedera. Ada ratusan demonstran ditangkap polisi dan terjadi kerusakan di beberapa tempat. Polarisasi yang terjadi sangat mungkin dipicu oleh hoaks yang masih merajalela karena banyak beredar di aplikasi percakapan tertutup yang tak bisa dipantau para pemeriksa fakta. Narasi hoaks delegitimasi penyelenggaraan pemilu bahkan masih terasa dalam babak akhir ketika proses Pilpres 2019 disidangkan di Mahkamah Konstitusi.
Meski begitu, secara umum tampaknya hoaks seputar pemilu ini hanya dipercaya oleh kelompok tertentu yang secara politik merasa kalah. Penyebaran hoaks ini tak meluas karena cukup efektifnya gerakan menangkal mis/disinformasi yang dilakukan. Kekompakan berbagai pemangku kepentingan menjaga kredibilitas informasi seputar pemilu membuat warga masyarakat lainnya tidak cepat terpengaruh oleh rentetan hoaks ini.
Pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada Desember 2020, CekFakta.com kembali berkontribusi melakukan pemeriksaan fakta langsung pada debat antar kandidat dan juga pencoblosan. Namun karena pelaksanaannya yang tersebar di banyak wilayah, CekFakta.com mengandalkan jejaring AMSI, AJI dan Mafindo yang ada di setiap provinsi, kota atau kabupaten yang melaksanakan pilkada.
Kesulitan juga bertambah karena pandemi memaksa kami untuk melakukan semua pemeriksaan fakta secara online. Sejak tahap pelatihan pemeriksa fakta, sampai kegiatan pemeriksaan fakta selama debat kandidat, semua dilakukan melalui aplikasi Slack di komputer masing-masing.
Kelebihan dari model online ini tentunya biaya yang dibutuhkan lebih murah. Kami tidak perlu bepergian ke daerah lain dan tidak perlu menyewa ruangan khusus untuk melakukan pemeriksaan fakta. Selain itu, model online juga memungkinkan para pemeriksa fakta bekerja lintas daerah.
***
Dengan berbagai program inovatif tersebut, Cekfakta.com semakin akrab di telinga masyarakat sebagai situs khusus periksa fakta, menemani TurnBackHoax.ID yang sudah lebih dulu ada. Bertambahnya media bersertifikasi International Fact Checker Network, mulai dari Tirto, kemudian Liputan6, Kompas, Tempo, Mafindo, dan Suara, yang masing-masing memiliki kanal khusus cek fakta-- juga menjadi bagian penting dari ekosistem periksa fakta di Indonesia.
Cekfakta.com sudah menggunakan fitur Fact Check Markup Tool atau biasa disebut fact check tag. Sehingga database cekfakta.com juga bisa diakses secara global melalui Fact Check Explorer yang disediakan Google. Hal ini memudahkan bagi masyarakat, tidak hanya di Indonesia, namun juga masyarakat di luar negeri untuk mengetahui hoaks apa yang sedang beredar di Indonesia.
Tak heran jika beberapa negara kemudian mengundang cekfakta.com untuk berbagi pengalaman bagaimana kolaborasi ini terbangun dan apa tantangannya. Pada 1 Desember 2018, cekfakta.com diundang oleh Myanmar ICT for Development Organization untuk menjelaskan bagaimana cekfakta.com bekerja, dan bagaimana kolaborasi di Myanmar juga bisa menggunakan tools yang dibuat oleh cekfakta.com.
Kemudian pada 1 Februari 2019, organisasi media di Thailand menyelenggarakan Trusted Media Summit Thailand, dan cekfakta.com juga diminta berbagi pengalaman di sana. Pada 21 September 2019, cekfakta.com juga diundang untuk berbicara oleh Suruhanjaya Komunikasi dan Multimedia Malaysia.
Pada 8 Oktober 2019, Forum on Fact Checking in Asia yang diselenggarakan di Taipei juga menghadirkan cekfakta.com. Dalam Trusted Media Summit 2019 yang diselenggarakan Google News Initiative APAC di Singapura pada Desember 2019, cekfakta.com diminta untuk berbagi pengalaman kepada audiens di level regional.
Yvonne Chua, koordinator program Tsek.ph, sebuah inisiatif kolaborasi cek fakta di Filipina untuk menangkal hoaks Pemilu 2019, menyebut mereka terinspirasi dari cekfakta.com di Indonesia.
***
PELAJARAN PENTING
Kolaborasi CekFakta.com menjadi benih dari kerjasama selanjutnya dengan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam gerakan besar melawan mis/disinformasi di Indonesia.
- Kolaborasi CekFakta.com menjadi benih dari kerjasama selanjutnya dengan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam gerakan besar melawan mis/disinformasi di Indonesia.
- Dalam pemilihan umum, CekFakta.com berperan memberikan informasi yang jernih pada calon pemilih soal klaim dalam pernyataan calon presiden agar warga bisa memilih dengan lebih akurat.
- Pada hari pencoblosan dan pengumuman hasil pemilu, kolaborasi CekFakta.com berperan menjaga kredibilitas dan integritas penyelenggara pemilu dan hasilnya agar publik tidak mudah terpengaruh serangan hoaks yang tidak berdasar.
- Model ini dilakukan lagi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 2020, ditandai juga dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Komisi Pemilihan Umum.
- Pada pandemi Covid-19, CekFakta.com membuka kerjasama dengan lintas sektoral dan semua lembaga yang menangani pandemi agar informasi akurat lebih cepat tersampaikan ke publik dan korban akibat hoaks tidak terus berjatuhan.