Berita
tirto.id - Beredar di media sosial, unggahan yang melaporkan adanya sejumlah kendaraan yang mengalami kerusakan mesin usai menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) berjenis Pertamax dari Pertamina. Narasi tersebut di antaranya diunggah oleh akun Instagram bernama “sorotinfo” (arsip) pada Selasa (26/11/2024).
Video tersebut menampilkan keluhan seseorang warga di sebuah bengkel di daerah Cibinong, Bogor, Jawa Barat yang memperlihatkan filter bensin rusak yang diklaim disebabkan oleh BBM Pertamax. Seorang dalam video tersebut juga memperlihatkan adanya sejumlah mobil di bengkel tersebut yang diklaim mengalami kerusakan filter bensin dan tangki bensin yang disebabkan oleh Pertamax.
“Ini filter pompa bensin sampai hancur sampe berlumut rusak, ini BBM yang baru diisi harus dibuang semua jadinya nih Pertamax. Nih, kasus-kasus yang lain tuh sama nih di bengkel ini,“ ujar seseorang di video tersebut.
Tirto juga menemukan video dengan narasi serupa diunggah di akun Threads bernama “lawan_politik_1995” pada Kamis (28/11/2024). Unggahan tersebut memperlihatkan sejumlah orang yang mengecek pompa bensin. Keterangan dalam unggahan tersebut bertuliskan:
“WARNIIING....!!!! Buat teman² di manapun kalian berada untuk sementara ini jangan dulu memakai pertamax 92 deh, sedang banyak kasus soalnya, dari pada berabe,” tulis keterangan takarir unggahan tersebut.
Sepanjang Selasa (26/11/2024) hingga Kamis (5/12/2024) atau selama sembilan hari tersebar di instagram, unggahan tersebut telah memperoleh 8.334 tanda suka, 1.029 komentar dan telah dibagikan sebanyak 9.390 kali.
Lantas, bagaimana kebenaran klaim tersebut?
Video tersebut menampilkan keluhan seseorang warga di sebuah bengkel di daerah Cibinong, Bogor, Jawa Barat yang memperlihatkan filter bensin rusak yang diklaim disebabkan oleh BBM Pertamax. Seorang dalam video tersebut juga memperlihatkan adanya sejumlah mobil di bengkel tersebut yang diklaim mengalami kerusakan filter bensin dan tangki bensin yang disebabkan oleh Pertamax.
“Ini filter pompa bensin sampai hancur sampe berlumut rusak, ini BBM yang baru diisi harus dibuang semua jadinya nih Pertamax. Nih, kasus-kasus yang lain tuh sama nih di bengkel ini,“ ujar seseorang di video tersebut.
Tirto juga menemukan video dengan narasi serupa diunggah di akun Threads bernama “lawan_politik_1995” pada Kamis (28/11/2024). Unggahan tersebut memperlihatkan sejumlah orang yang mengecek pompa bensin. Keterangan dalam unggahan tersebut bertuliskan:
“WARNIIING....!!!! Buat teman² di manapun kalian berada untuk sementara ini jangan dulu memakai pertamax 92 deh, sedang banyak kasus soalnya, dari pada berabe,” tulis keterangan takarir unggahan tersebut.
Sepanjang Selasa (26/11/2024) hingga Kamis (5/12/2024) atau selama sembilan hari tersebar di instagram, unggahan tersebut telah memperoleh 8.334 tanda suka, 1.029 komentar dan telah dibagikan sebanyak 9.390 kali.
Lantas, bagaimana kebenaran klaim tersebut?
HASIL CEK FAKTA
PT Pertamina Patra Niaga, anak usaha PT Pertamina (Persero), merespons laporan yang mengatakan adanya sejumlah kendaraan yang mengalami kerusakan mesin usai menggunakan Pertamax dari SPBU di Cibinong, Jawa Barat.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan investigasi terhadap kejadian tersebut, mulai dari mengecek kualitas Pertamax di terminal BBM hingga ke SPBU-SPBU. Bahkan, Pertamina Patra Niaga juga melakukan pengecekan ke bengkel-bengkel di area Cibinong. Selain berkoordinasi dengan bengkel, Pertamina Patra Niaga juga menggandeng Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB).
Happy menjelaskan, berdasarkan hasil uji lab Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas, sampel-sampel BBM jenis Pertamax SPBU Cibinong, Bogor dan beberapa wilayah lainnya telah memenuhi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Adapun uji lab ini dilakukan untuk mengetahui kandungan dari Pertamax yang sebelumnya sempat dikabarkan membuat mesin kendaraan rusak.
"Hasil uji lab dari Lemigas menyatakan bahwa produk Pertamax on spec, sesuai ketentuan Dirjen Migas. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," tegas Heppy, dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (29/11/2024).
Meski begitu, Sub Holding Pertamina Commercial & Trading itu tetap akan terus memonitor kondisi kendaraan-kendaraan yang mengalami kerusakan usai mengisi bahan bakar menggunakan Pertamax. Selain itu, pengawasan dan kajian lebih lanjut juga dilakukan Pertamina bersama LAPI ITB.
"Kami masih melakukan kajian mengingat kendala mesin hanya terjadi di merek dan jenis kendaraan tertentu serta di lokasi-lokasi tertentu, jadi kami perlu mempelajari detail penyebab gangguan pada mesin-mesin kendaraan di lokasi-lokasi tersebut," ujar Heppy.
Tidak hanya itu, Pertamina juga berkomitmen untuk bertanggungjawab terhadap produk yang mereka salurkan. Meski begitu, Heppy juga meminta kepada para konsumen untuk senantiasa melakukan perawatan kendaraan rutin di bengkel resmi dan menggunakan bahan bakar sesuai spesifikasi kendaraan, sehingga performa tetap optimal.
Hasil monitoring sementara di lapangan menunjukkan bahwa kendala mesin hanya terjadi pada kendaraan dari jenama dan tipe tertentu. Heppy menyebut bahwa tidak di semua kendaraan yang melakukan pengisian Pertamax mengalami kerusakan mesin.
“Meskipun penyebab belum diketahui—apakah dari produk Pertamax atau dari sparepart kendaraan, kami mohon maaf atas kejadian ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso juga telah mengonfirmasi isu ini dalam keterangannya, Minggu (1/12/2024), seperti dilansir Detik.
"Sampel endapan dari kendaraan yang bermasalah sudah dicek oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB dan dinyatakan bahwa penyebab rusaknya kendaraan bukan dari BBM Pertamax," katanya.
Namun, penjelasan lebih lanjut juga diberikan oleh Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen dan ahli konversi energi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, yang juga bagian dari tim LAPI ITB. Yuswidjajanto mengatakan, kemungkinan ada kandungan dari lapisan anti-karat pada bagian dinding tangki BBM mobil yang larut setelah diisi Pertamax dan membentuk endapan.
"Endapan inilah penyebab mobil kehilangan tenaga karena menyumbat filter sebelum bahan bakar masuk ke dalam pompa, sehingga suplai bahan bakar ke mesin tidak mencukupi," ujar Yuswidjajanto, dalam keterangan resminya, dilansir dari Kompas.com.
Yuswidjajanto juga mengatakan pada Kompas.com, pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal. Terne metal merupakan kombinasi paduan antara timbal dan timah.
"Harusnya setelah tahun 2012 sudah diganti, timbalnya dihilangkan, dan diganti dengan Seng (Zn), timahnya tetap. Tapi, setelah itu, diganti lagi juga dengan electroplating. Jadi, hanya timah saja lapisan anti-karatnya," kata Yuswidjajanto.
"Nah, yang bermasalah ini adalah yang masih pakai terne metal, masih pakai paduan timbal (Pb) dan timah (Sn), yang lengket-lengket warna abu-abu itu adalah timbal," ujarnya.
Menurutnya, industri otomotif harusnya berubah mengikuti perkembangan bahan bakar juga. Kandungan dalam bahan bakar juga kerap berganti seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Yuswidjajanto mengatakan, dirinya mempertanyakan mengapa industri otomotif sekarang ini masih mempertahankan penggunaan lapisan anti-karat tersebut. Sebab, seharusnya mobil-mobil sekarang sudah menggunakan metode electroplating galvanized atau timah. "Kemudian, dari sisi bahan bakarnya, kenapa kok di dalamnya ada sesuatu yang melarutkan Pb (timbal). Sampai sekarang belum ditemukan apa itu. Kita masih mencari nih, apa yang ada di bahan bakar, yang bisa melarutkan Pb," ujar Yuswidjajanto.
Yuswidjajanto menambahkan, pabrikan lain atau merek lain yang tidak terdampak mungkin saja lapisan anti-karat di dalam tangki sudah tidak lagi menggunakan pelapis yang memiliki kandungan timbal. "Industri otomotif yang mengikuti update teknologi mungkin sudah diganti. Makanya, tidak ada masalah yang pelapisnya tidak mengandung timbal," kata Yuswidjajanto.
Sehingga, bisa disimpulkan bahwa penelitian soal penyebab kerusakan filter pompa bensin tersebut masih berjalan. Bahan pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal dan ini juga diduga menjadi faktor kerusakan filter bensin di mobil. Di sisi lain, peneliti masih mencari tahu apa yang membuat pelapis ini luntur, meski Pertamina sendiri telah menegaskan bahwa penyebabnya bukan Pertamax.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan investigasi terhadap kejadian tersebut, mulai dari mengecek kualitas Pertamax di terminal BBM hingga ke SPBU-SPBU. Bahkan, Pertamina Patra Niaga juga melakukan pengecekan ke bengkel-bengkel di area Cibinong. Selain berkoordinasi dengan bengkel, Pertamina Patra Niaga juga menggandeng Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB).
Happy menjelaskan, berdasarkan hasil uji lab Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas, sampel-sampel BBM jenis Pertamax SPBU Cibinong, Bogor dan beberapa wilayah lainnya telah memenuhi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Adapun uji lab ini dilakukan untuk mengetahui kandungan dari Pertamax yang sebelumnya sempat dikabarkan membuat mesin kendaraan rusak.
"Hasil uji lab dari Lemigas menyatakan bahwa produk Pertamax on spec, sesuai ketentuan Dirjen Migas. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," tegas Heppy, dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (29/11/2024).
Meski begitu, Sub Holding Pertamina Commercial & Trading itu tetap akan terus memonitor kondisi kendaraan-kendaraan yang mengalami kerusakan usai mengisi bahan bakar menggunakan Pertamax. Selain itu, pengawasan dan kajian lebih lanjut juga dilakukan Pertamina bersama LAPI ITB.
"Kami masih melakukan kajian mengingat kendala mesin hanya terjadi di merek dan jenis kendaraan tertentu serta di lokasi-lokasi tertentu, jadi kami perlu mempelajari detail penyebab gangguan pada mesin-mesin kendaraan di lokasi-lokasi tersebut," ujar Heppy.
Tidak hanya itu, Pertamina juga berkomitmen untuk bertanggungjawab terhadap produk yang mereka salurkan. Meski begitu, Heppy juga meminta kepada para konsumen untuk senantiasa melakukan perawatan kendaraan rutin di bengkel resmi dan menggunakan bahan bakar sesuai spesifikasi kendaraan, sehingga performa tetap optimal.
Hasil monitoring sementara di lapangan menunjukkan bahwa kendala mesin hanya terjadi pada kendaraan dari jenama dan tipe tertentu. Heppy menyebut bahwa tidak di semua kendaraan yang melakukan pengisian Pertamax mengalami kerusakan mesin.
“Meskipun penyebab belum diketahui—apakah dari produk Pertamax atau dari sparepart kendaraan, kami mohon maaf atas kejadian ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso juga telah mengonfirmasi isu ini dalam keterangannya, Minggu (1/12/2024), seperti dilansir Detik.
"Sampel endapan dari kendaraan yang bermasalah sudah dicek oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB dan dinyatakan bahwa penyebab rusaknya kendaraan bukan dari BBM Pertamax," katanya.
Namun, penjelasan lebih lanjut juga diberikan oleh Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen dan ahli konversi energi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, yang juga bagian dari tim LAPI ITB. Yuswidjajanto mengatakan, kemungkinan ada kandungan dari lapisan anti-karat pada bagian dinding tangki BBM mobil yang larut setelah diisi Pertamax dan membentuk endapan.
"Endapan inilah penyebab mobil kehilangan tenaga karena menyumbat filter sebelum bahan bakar masuk ke dalam pompa, sehingga suplai bahan bakar ke mesin tidak mencukupi," ujar Yuswidjajanto, dalam keterangan resminya, dilansir dari Kompas.com.
Yuswidjajanto juga mengatakan pada Kompas.com, pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal. Terne metal merupakan kombinasi paduan antara timbal dan timah.
"Harusnya setelah tahun 2012 sudah diganti, timbalnya dihilangkan, dan diganti dengan Seng (Zn), timahnya tetap. Tapi, setelah itu, diganti lagi juga dengan electroplating. Jadi, hanya timah saja lapisan anti-karatnya," kata Yuswidjajanto.
"Nah, yang bermasalah ini adalah yang masih pakai terne metal, masih pakai paduan timbal (Pb) dan timah (Sn), yang lengket-lengket warna abu-abu itu adalah timbal," ujarnya.
Menurutnya, industri otomotif harusnya berubah mengikuti perkembangan bahan bakar juga. Kandungan dalam bahan bakar juga kerap berganti seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Yuswidjajanto mengatakan, dirinya mempertanyakan mengapa industri otomotif sekarang ini masih mempertahankan penggunaan lapisan anti-karat tersebut. Sebab, seharusnya mobil-mobil sekarang sudah menggunakan metode electroplating galvanized atau timah. "Kemudian, dari sisi bahan bakarnya, kenapa kok di dalamnya ada sesuatu yang melarutkan Pb (timbal). Sampai sekarang belum ditemukan apa itu. Kita masih mencari nih, apa yang ada di bahan bakar, yang bisa melarutkan Pb," ujar Yuswidjajanto.
Yuswidjajanto menambahkan, pabrikan lain atau merek lain yang tidak terdampak mungkin saja lapisan anti-karat di dalam tangki sudah tidak lagi menggunakan pelapis yang memiliki kandungan timbal. "Industri otomotif yang mengikuti update teknologi mungkin sudah diganti. Makanya, tidak ada masalah yang pelapisnya tidak mengandung timbal," kata Yuswidjajanto.
Sehingga, bisa disimpulkan bahwa penelitian soal penyebab kerusakan filter pompa bensin tersebut masih berjalan. Bahan pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal dan ini juga diduga menjadi faktor kerusakan filter bensin di mobil. Di sisi lain, peneliti masih mencari tahu apa yang membuat pelapis ini luntur, meski Pertamina sendiri telah menegaskan bahwa penyebabnya bukan Pertamax.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelusuran fakta yang dilakukan, belum ditemukan bukti yang membenarkan klaim adanya kerusakan mesin kendaraan usai mengisi bahan bakar menggunakan Pertamax di SPBU Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Belum ada bukti yang membenarkan klaim bahwa kerusakan mesin kendaraan tersebut disebabkan oleh BBM berjenis Pertamax. Hasil uji lab dari Lemigas menyatakan bahwa produk Pertamax masih memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan Dirjen Migas, namun penelitian masih berlangsung. Bahan pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal dan ini juga diduga menjadi faktor kerusakan filter bensin di mobil.
Lalu, belum ditemukan bukti yang valid dan konkrit terkait Pertamax yang menjadi penyebab kerusakan mobil berdasarkan penelitian yang dilakukan, dan peneliti masih mencari tahu apa yang membuat pelapis ini luntur.
Jadi, narasi soal adanya kerusakan mesin kendaraan usai mengisi bahan bakar menggunakan Pertamax bersifat missing context (menyesatkan tanpa tamba
Belum ada bukti yang membenarkan klaim bahwa kerusakan mesin kendaraan tersebut disebabkan oleh BBM berjenis Pertamax. Hasil uji lab dari Lemigas menyatakan bahwa produk Pertamax masih memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan Dirjen Migas, namun penelitian masih berlangsung. Bahan pelapis anti-karat tangki BBM yang digunakan oleh mobil-mobil sebelum tahun 2012 adalah terne metal dan ini juga diduga menjadi faktor kerusakan filter bensin di mobil.
Lalu, belum ditemukan bukti yang valid dan konkrit terkait Pertamax yang menjadi penyebab kerusakan mobil berdasarkan penelitian yang dilakukan, dan peneliti masih mencari tahu apa yang membuat pelapis ini luntur.
Jadi, narasi soal adanya kerusakan mesin kendaraan usai mengisi bahan bakar menggunakan Pertamax bersifat missing context (menyesatkan tanpa tamba
Rujukan
https://ghostarchive.org/archive/kblB8
https://tirto.id/pertamina-kualitas-pertamax-sesuai-spesifikasi-ditjen-migas-g6i5
https://oto.detik.com/berita/d-7665699/hasil-uji-lapi-itb-pertamax-bukan-penyebab-mobil-rusak
Publish date : 2024-12-05