Berita
Bukan karena GERD yang mungkin menekan jantung hingga tidak berfungsi. Pesan berantai itu merupakan hasil reproduksi dari pesan berantai serupa yang pernah beredar pada 2018 dan 2019. GERD tidak bisa menjadi penyebab langsung terjadinya kematian.
Akun Filsafat dan Refleksi (fb.com/Filsafat-dan-Refleksi-1093327534149450/) mengunggah foto keluarga Almarhum Ashraf Sinclair yang disertai narasi yang mengklaim bahwa;
“Suami BCL katanya meninggal karena serangan jantung, dalam usia 40 tahun. Ada teman dokter yang bilang kemungkinan karene GERD yang menekan jantung hingga tidak berfungsi.”
Akun Filsafat dan Refleksi (fb.com/Filsafat-dan-Refleksi-1093327534149450/) mengunggah foto keluarga Almarhum Ashraf Sinclair yang disertai narasi yang mengklaim bahwa;
“Suami BCL katanya meninggal karena serangan jantung, dalam usia 40 tahun. Ada teman dokter yang bilang kemungkinan karene GERD yang menekan jantung hingga tidak berfungsi.”
HASIL CEK FAKTA
PENJELASAN
Hingga kini, diagnosa rumah sakit menyatakan bahwa Ashraf Sinclar meninggal memang karena mengalami serangan jantung. Namun berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo yang memasukkan kata kunci “dr. Imam Susilo” ke mesin pencarian Google dan menemukan bahwa pesan berantai yang sama pernah dibagikan sebelum Ashraf Sinclair meninggal pada 18 Februari 2020 kemarin.
Pesan berantai itu dibagikan oleh akun Facebook Chorina Fabio pada 21 Mei 2019. Setelah pesan berantai itu dibaca secara menyeluruh, isinya memang sama persis dengan isi pesan berantai yang beredar saat ini. Bedanya, dalam pesan berantai yang dibagikan saat ini, terdapat tambahan kalimat di bagian depan yang berbunyi “Suami BCL katanya meninggal karena serangan jantung, dalam usia 40 tahun”.
Selain pernah beredar pada 2019, isi pesan berantai tersebut pernah dimuat dalam bentuk artikel yang dimuat oleh situs Netralnews pada 26 Januari 2018. Artikel itu terkait dengan meninggalnya Ryan Thamrin, dokter yang memandu acara televisi Dr OZ Indonesia.
Artikel itu pun mengutip penjelasan dari seorang dokter yang bernama Imam Susilo. Namun, dalam artikel itu, tidak terdapat keterangan mengenai latar belakang dan keahlian Imam Susilo. Tidak dicantumkan pula tempat di mana Imam Susilo bekerja.
Dengan demikian, pesan berantai yang menyebut Ashraf Sinclair kemungkinan meninggal karena GERD atau asam lambung adalah hasil reproduksi dari pesan berantai yang pernah beredar sebelumnya yang tidak jelas sumber dan kredibilitasnya.
Soal nama dokter yang tercantum dalam pesan tersebut, detikcom pernah melakukan penelusuran lewat situs KKI atau Konsil Kedokteran Indonesia. Ditemukan, ada 2 dokter dengan nama tersebut.
Namun salah satu di antaranya memastikan bahwa dirinya bukan penulis pesan berantai itu, terlebih karena bidang yang ia dalami adalah patologi anatomi. “Sepertinya kok bukan saya ya,” ujar dr Imam Susilo SpPA(K) beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk kaitan antara GERD dan serangan jantung, spesialis jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay, menyebut keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali.
“Jadi, GERD tidak menyebabkan serangan jantung apalagi menekan jantung hingga tidak berfungsi,” katanya kepada detikcom, Rabu (19/2/2020).
Disebutkan pula bahwa asam lambung tidak menyebabkan penyakit jantung. Namun yang kerap terjadi adalah serangan jantung yang mengenai bagian bawah jantung seringkali dirasakan nyeri uluhati yang mirip dengan GERD.
“Sehingga sering disalah artikan sakit maag lalu berujung meninggal. Padahal mungkin itu serangan jantung,” pungkas dr Vito.
Okezone mengonfirmasi langsung kepada Spesialis Penyakit Dalam Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP. Dengan tegas, Prof Ari menyatakan itu adalah hoax.
“Itu kabar hoax,” tegasnya melalui pesan singkat, Rabu (19/2/2020).
Prof Ari menyesalkan adanya informasi tersebut. Dia menegaskan, GERD tidak bisa menyebabkan langsung terjadinya kematian. Sekali pun GERD bisa menyebabkan komplikasi pada paru-paru.
“Rasa panas di dada seperti terbakar itu memang terjadi pada pasien GERD. Tapi ini tidak ada kaitannya dengan masalah jantung,” tambahnya.
GERD bisa digolongkan ke dalam penyakit kronis. Jika tidak ditangani dengan tepat, GERD bisa mengakibatkan gangguan paru-paru.
“Tapi GERD sendiri tidak bisa jadi penyebab langsung terjadinya kematian,” kata Ari seperti dikutip dari situs media CNN Indonesia.
Ari juga menjelaskan bahwa pasien GERD bisa mengalami serangan cemas atau stres sehingga dapat menjadi pemicu serangan jantung. Meski tak berbahaya, Ari menyebut bahwa GERD membuat kualitas hidup para penderitanya menurun. GERD yang kerap muncul tiba-tiba dapat terjadi saat sedang tidur atau di tengah-tengah pekerjaan.
Kepada DW Indonesia, Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta Timur, dr. Rizky Aulia Sp.JP menjelaskan dua kemungkinan gangguan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada manusia.
Menurut Rizky, serangan jantung adalah terjadinya penyumbatan di pembuluh darah koroner secara akut atau mendadak, yang biasanya diawali dengan pembentukan kerak di dalam pembuluh darah. Inilah yang disebut sebagai coronary artery disease atau penyakit jantung koroner. Pembentukan kerak di dalam pembuluh darah biasanya dimulai sejak usia muda, yaitu di usia sekitar dua puluh tahun atau bahkan belasan.
Selain disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah koroner secara tiba-tiba, kematian mendadak akibat gangguan jantung juga dapat disebabkan oleh Sindrom Brugada pada pasien yang terlihat sehat. Sindrom Brugada adalah gangguan irama jantung akibat kelainan genetik. Ibarat mesin yang memiliki sistem listrik di dalamnya, pasien yang mengidap Sindrom Brugada juga mengalami gangguan aliran listrik pada jantungnya.
Hingga kini, diagnosa rumah sakit menyatakan bahwa Ashraf Sinclar meninggal memang karena mengalami serangan jantung. Namun berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo yang memasukkan kata kunci “dr. Imam Susilo” ke mesin pencarian Google dan menemukan bahwa pesan berantai yang sama pernah dibagikan sebelum Ashraf Sinclair meninggal pada 18 Februari 2020 kemarin.
Pesan berantai itu dibagikan oleh akun Facebook Chorina Fabio pada 21 Mei 2019. Setelah pesan berantai itu dibaca secara menyeluruh, isinya memang sama persis dengan isi pesan berantai yang beredar saat ini. Bedanya, dalam pesan berantai yang dibagikan saat ini, terdapat tambahan kalimat di bagian depan yang berbunyi “Suami BCL katanya meninggal karena serangan jantung, dalam usia 40 tahun”.
Selain pernah beredar pada 2019, isi pesan berantai tersebut pernah dimuat dalam bentuk artikel yang dimuat oleh situs Netralnews pada 26 Januari 2018. Artikel itu terkait dengan meninggalnya Ryan Thamrin, dokter yang memandu acara televisi Dr OZ Indonesia.
Artikel itu pun mengutip penjelasan dari seorang dokter yang bernama Imam Susilo. Namun, dalam artikel itu, tidak terdapat keterangan mengenai latar belakang dan keahlian Imam Susilo. Tidak dicantumkan pula tempat di mana Imam Susilo bekerja.
Dengan demikian, pesan berantai yang menyebut Ashraf Sinclair kemungkinan meninggal karena GERD atau asam lambung adalah hasil reproduksi dari pesan berantai yang pernah beredar sebelumnya yang tidak jelas sumber dan kredibilitasnya.
Soal nama dokter yang tercantum dalam pesan tersebut, detikcom pernah melakukan penelusuran lewat situs KKI atau Konsil Kedokteran Indonesia. Ditemukan, ada 2 dokter dengan nama tersebut.
Namun salah satu di antaranya memastikan bahwa dirinya bukan penulis pesan berantai itu, terlebih karena bidang yang ia dalami adalah patologi anatomi. “Sepertinya kok bukan saya ya,” ujar dr Imam Susilo SpPA(K) beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk kaitan antara GERD dan serangan jantung, spesialis jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay, menyebut keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali.
“Jadi, GERD tidak menyebabkan serangan jantung apalagi menekan jantung hingga tidak berfungsi,” katanya kepada detikcom, Rabu (19/2/2020).
Disebutkan pula bahwa asam lambung tidak menyebabkan penyakit jantung. Namun yang kerap terjadi adalah serangan jantung yang mengenai bagian bawah jantung seringkali dirasakan nyeri uluhati yang mirip dengan GERD.
“Sehingga sering disalah artikan sakit maag lalu berujung meninggal. Padahal mungkin itu serangan jantung,” pungkas dr Vito.
Okezone mengonfirmasi langsung kepada Spesialis Penyakit Dalam Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP. Dengan tegas, Prof Ari menyatakan itu adalah hoax.
“Itu kabar hoax,” tegasnya melalui pesan singkat, Rabu (19/2/2020).
Prof Ari menyesalkan adanya informasi tersebut. Dia menegaskan, GERD tidak bisa menyebabkan langsung terjadinya kematian. Sekali pun GERD bisa menyebabkan komplikasi pada paru-paru.
“Rasa panas di dada seperti terbakar itu memang terjadi pada pasien GERD. Tapi ini tidak ada kaitannya dengan masalah jantung,” tambahnya.
GERD bisa digolongkan ke dalam penyakit kronis. Jika tidak ditangani dengan tepat, GERD bisa mengakibatkan gangguan paru-paru.
“Tapi GERD sendiri tidak bisa jadi penyebab langsung terjadinya kematian,” kata Ari seperti dikutip dari situs media CNN Indonesia.
Ari juga menjelaskan bahwa pasien GERD bisa mengalami serangan cemas atau stres sehingga dapat menjadi pemicu serangan jantung. Meski tak berbahaya, Ari menyebut bahwa GERD membuat kualitas hidup para penderitanya menurun. GERD yang kerap muncul tiba-tiba dapat terjadi saat sedang tidur atau di tengah-tengah pekerjaan.
Kepada DW Indonesia, Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta Timur, dr. Rizky Aulia Sp.JP menjelaskan dua kemungkinan gangguan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada manusia.
Menurut Rizky, serangan jantung adalah terjadinya penyumbatan di pembuluh darah koroner secara akut atau mendadak, yang biasanya diawali dengan pembentukan kerak di dalam pembuluh darah. Inilah yang disebut sebagai coronary artery disease atau penyakit jantung koroner. Pembentukan kerak di dalam pembuluh darah biasanya dimulai sejak usia muda, yaitu di usia sekitar dua puluh tahun atau bahkan belasan.
Selain disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah koroner secara tiba-tiba, kematian mendadak akibat gangguan jantung juga dapat disebabkan oleh Sindrom Brugada pada pasien yang terlihat sehat. Sindrom Brugada adalah gangguan irama jantung akibat kelainan genetik. Ibarat mesin yang memiliki sistem listrik di dalamnya, pasien yang mengidap Sindrom Brugada juga mengalami gangguan aliran listrik pada jantungnya.
KESIMPULAN
Rujukan
Publish date : 2020-02-20