Berita
DUA konten memperlihatkan penyelamatan harimau Sumatera yang dilakukan oleh anggota TNI dan seekor gajah saat banjir Sumatera, beredar di TikTok [arsip], Facebook, dan Instagram pada pekan kedua Desember 2025.
Pada unggahan pertama, dua personel TNI tampak menggendong anak harimau di wilayah terdampak banjir. Adapun rekaman kedua menunjukkan seekor gajah yang tengah menolong harimau Sumatera dari arus sungai yang deras. Narasi dalam kedua konten tersebut mengklaim bahwa peristiwa terjadi di tengah banjir Sumatera pada akhir November 2025.
Namun, benarkah rekaman penyelamatan harimau oleh TNI dan seekor gajah saat bencana Sumatera itu asli?
Pada unggahan pertama, dua personel TNI tampak menggendong anak harimau di wilayah terdampak banjir. Adapun rekaman kedua menunjukkan seekor gajah yang tengah menolong harimau Sumatera dari arus sungai yang deras. Narasi dalam kedua konten tersebut mengklaim bahwa peristiwa terjadi di tengah banjir Sumatera pada akhir November 2025.
Namun, benarkah rekaman penyelamatan harimau oleh TNI dan seekor gajah saat bencana Sumatera itu asli?
HASIL CEK FAKTA
Tempo memverifikasi video-video itu dengan pengamatan visual, pemindaian menggunakan aplikasi pendeteksi konten akal imitasi (AI) dan membandingkan narasinya dengan informasi dari sumber kredibel. Hasilnya, video-video tersebut hasil buatan AI.
Video pertama memperlihatkan dua anggota TNI berpakaian loreng menggendong seekor anak harimau sumatera. Analisis manual menemukan kejanggalan.
Kejanggalan pertama terlihat dari tampilan wajah salah seorang anggota TNI yang buram. Saat dia berteriak, gerak mulutnya juga tidak sama dengan kalimat yang diucapkan.
Sedangkan pada citra harimau, terlihat kakinya juga hanya ada tiga dan tidak memiliki ekor. Ketidakkonsistenan seperti ini lazim muncul pada video yang dibuat dengan mesin akal imitasi AI.
Pengujian menggunakan aplikasi pendeteksi AI, Hive Moderation menghasilkan kemungkinan 99,9 persen menggunakan AI. Demikian juga hasil deteksi AI Illuminarty, kemungkinan penggunaan AI sebesar 22,09 persen.
Pada video kedua, beberapa bagian konten memperlihatkan ketidakwajaran. Belang pada bulu harimau sering buram atau hilang ketika satwa tersebut bergerak.
Alat deteksi Hive Moderation memberikan hasil 93,7 persen kemungkinan visual dibuat menggunakan AI. Deteksi dengan Zhuque menyatakan 32,32 persen kemungkinan video itu mengandung elemen AI. Sedangkan Wasit AI dengan meyakinkan menyatakan video tersebut dibuat oleh AI.
Bencana Banjir Sumatera
Berdasarkan berita Tempo, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Teuku Faisal Fathani mengatakan anomali cuaca menimbulkan siklon tropis Senyar menjadi penyebab bencana banjir di Sumatera, akhir November 2025.
Dikutip dari situs Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera) bahwa banjir dan longsor dahsyat yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Ia juga menghantam rumah-rumah satwa kunci Sumatera—gajah, harimau, badak, dan orangutan—yang selama ini bergantung pada jaringan hutan yang kini banyak mengalami kerusakan. Anehnya, sampai kini laporan tentang perjumpaan massal antara satwa dan manusia relatif minim.
Diduga ada beberapa sebab. Pertama, sebagian satwa mungkin tewas di tempat akibat tumbangnya pohon, longsor, atau arus banjir yang kuat sehingga tidak ada siklus “migrasi” ke kawasan manusia yang terlihat. Kedua, banyak satwa memindahkan diri ke sisa-sisa kantong habitat yang masih relatif aman tempat yang sulit diakses manusia dan tim penyelamat sehingga pengamatan lapangan belum menjumpai mereka.
Ketiga, beberapa populasi mungkin terfragmentasi dan terisolasi, membuat deteksi menjadi lebih sulit, mereka menyelinap ke vegetasi padat, gua, ceruk lembah, atau pulau kecil hutan yang selamat. Keempat, keterbatasan akses dan fokus respon kemanusiaan berarti survei satwa secara sistematis belum prioritas, sehingga data awal cenderung minim dan belum mewakili situasi ekologis sesungguhnya.
Video pertama memperlihatkan dua anggota TNI berpakaian loreng menggendong seekor anak harimau sumatera. Analisis manual menemukan kejanggalan.
Kejanggalan pertama terlihat dari tampilan wajah salah seorang anggota TNI yang buram. Saat dia berteriak, gerak mulutnya juga tidak sama dengan kalimat yang diucapkan.
Sedangkan pada citra harimau, terlihat kakinya juga hanya ada tiga dan tidak memiliki ekor. Ketidakkonsistenan seperti ini lazim muncul pada video yang dibuat dengan mesin akal imitasi AI.
Pengujian menggunakan aplikasi pendeteksi AI, Hive Moderation menghasilkan kemungkinan 99,9 persen menggunakan AI. Demikian juga hasil deteksi AI Illuminarty, kemungkinan penggunaan AI sebesar 22,09 persen.
Pada video kedua, beberapa bagian konten memperlihatkan ketidakwajaran. Belang pada bulu harimau sering buram atau hilang ketika satwa tersebut bergerak.
Alat deteksi Hive Moderation memberikan hasil 93,7 persen kemungkinan visual dibuat menggunakan AI. Deteksi dengan Zhuque menyatakan 32,32 persen kemungkinan video itu mengandung elemen AI. Sedangkan Wasit AI dengan meyakinkan menyatakan video tersebut dibuat oleh AI.
Bencana Banjir Sumatera
Berdasarkan berita Tempo, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Teuku Faisal Fathani mengatakan anomali cuaca menimbulkan siklon tropis Senyar menjadi penyebab bencana banjir di Sumatera, akhir November 2025.
Dikutip dari situs Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera) bahwa banjir dan longsor dahsyat yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Ia juga menghantam rumah-rumah satwa kunci Sumatera—gajah, harimau, badak, dan orangutan—yang selama ini bergantung pada jaringan hutan yang kini banyak mengalami kerusakan. Anehnya, sampai kini laporan tentang perjumpaan massal antara satwa dan manusia relatif minim.
Diduga ada beberapa sebab. Pertama, sebagian satwa mungkin tewas di tempat akibat tumbangnya pohon, longsor, atau arus banjir yang kuat sehingga tidak ada siklus “migrasi” ke kawasan manusia yang terlihat. Kedua, banyak satwa memindahkan diri ke sisa-sisa kantong habitat yang masih relatif aman tempat yang sulit diakses manusia dan tim penyelamat sehingga pengamatan lapangan belum menjumpai mereka.
Ketiga, beberapa populasi mungkin terfragmentasi dan terisolasi, membuat deteksi menjadi lebih sulit, mereka menyelinap ke vegetasi padat, gua, ceruk lembah, atau pulau kecil hutan yang selamat. Keempat, keterbatasan akses dan fokus respon kemanusiaan berarti survei satwa secara sistematis belum prioritas, sehingga data awal cenderung minim dan belum mewakili situasi ekologis sesungguhnya.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan anggota TNI dan gajah menyelamatkan harimau Sumatera adalah keliru. Pembuatan video-video itu melibatkan mesin AI.
Rujukan
https://www.tiktok.com/@predatoronetv/video/7583590527107452161?_t=ZS-92Gtqr4ENvw&_r=1
https://www.instagram.com/reels/DSJ5jyokwHq
https://www.tempo.co/politik/update-bnpb-korban-meninggal-bencana-sumatera-tembus-604-orang-2094890
Publish date : 2025-12-19

