Berita
TIGA video yang menghubungkan penganiayaan di Masjid Agung Sibolga sebagai penyebab bencana banjir bandang, beredar Facebook [arsip] dan TikTok (akun satu, akun dua, dan akun tiga) pada awal Desember 2025.
Penganiayaan tersebut menimpa seorang pemuda bernama Arjuna Tamaraya, 21 tahun, hingga tewas karena tidur di Masjid Agung Sibolga pada akhir Oktober 2025. Peristiwa ini disebut sebagai azab yang menyebabkan Kota Sibolga dilanda banjir pada akhir November 2025.
Benarkah bencana banjir bandang dan longsor di Kota Sibolga karena azab pengeroyokan pemuda di masjid setempat?
Penganiayaan tersebut menimpa seorang pemuda bernama Arjuna Tamaraya, 21 tahun, hingga tewas karena tidur di Masjid Agung Sibolga pada akhir Oktober 2025. Peristiwa ini disebut sebagai azab yang menyebabkan Kota Sibolga dilanda banjir pada akhir November 2025.
Benarkah bencana banjir bandang dan longsor di Kota Sibolga karena azab pengeroyokan pemuda di masjid setempat?
HASIL CEK FAKTA
Tempo memverifikasi konten itu dengan pencarian gambar terbalik Google, analisis visual, alat deteksi akal imitasi, dan pemberitaan kredibel. Hasilnya, penyebab bencana di Kota Sibolga karena kombinasi siklon Senyar dan kerusakan lingkungan. Bencana ini juga tidak hanya menimpa Kota Sibolga melainkan juga di 51 kabupaten atau kota di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Hingga 17 Desember 2025, jumlah korban bencana banjir bandang dan longsor di Kota Sibolga mencapai 54 orang. Ada dua faktor penyebab bencana di Kota Sibolga di akhir November 2025. Pertama, cuaca ekstrem akibat siklon tropis Senyar yang melanda wilayah Sumatera bagian utara dan Selat Malaka pada akhir November 2025.
Siklon tersebut meningkatkan intensitas hujan ekstrem di kawasan tersebut, termasuk di Kota Sibolga. Dikutip dari Tribun Medan, curah hujan tinggi di Kota Sibolga terjadi sejak Senin, 24 November 2025 pukul 06.00 WIB hingga Selasa malam, 25 November 2025. Curah hujan tinggi menyebabkan sejumlah titik di Kota Sibolga mengalami bencana longsor.
Faktor kedua yakni terkait terganggunya ekosistem Batang Toru yang menopang sistem penyangga kehidupan di Kota Sibolga. Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Utara Rianda Purba mengatakan ekosistem Batang Toru terganggu karena perubahan tutupan lahan hutan (deforestasi) dalam jumlah besar. Deforestasi menyebabkan fungsi hidrologis terganggu, termasuk kemampuan tanah dan vegetasi menahan air, menstabilkan lereng, dan mengendalikan aliran air di permukaan.
“Ketika fungsi-fungsi itu menurun, hujan ekstrem akan menjadi banjir bandang dan longsor,” kata Rianda kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2025.
WALHI Sumut, mengidentifikasi alih fungsi hutan di Batang Toru mencapai 10.795,31 hektare yang terkait dengan aktivitas tujuh perusahaan.
Sementara menurut analisis Greenpeace, selama periode 1990-2022, deforestasi di DAS Batang Toru mencapai 70 ribu hektare atau 21 persen dari luas keseluruhan. Kini luas hutan alam yang tersisa di kawasan DAS Batang Toru sebesar 167 ribu hektare atau 49 persen.
Alih fungsi hutan di kawasan DAS Batang Toru muncul setelah terbitnya berbagai perizinan berbasis lahan dan ekstraktif. Luasan perizinan tersebut mencapai 94 ribu hektare atau 28 persen. Sebagian besar berupa perizinan berusaha pemanfaatan hutan, wilayah izin usaha pertambangan, dan perkebunan kelapa sawit.
Tempo juga menelusuri video-video di atas dengan pencarian gambar terbalik Google, analisis visual, dan alat deteksi akal imitasi. Hasilnya, ada video yang dibuat dengan akal imitasi (AI).
Video ini memperlihatkan kesamaan dengan video yang diunggah oleh akun YouTube N2STV Naomi berjudul “Shalat Jumat Masjid Agung Sibolga Jelang Idul Adha” pada 24 Juli 2020. Akun Metro TV edisi 4 November 2025 juga menampilkan Masjid Agung Sibolga dalam berita berjudul “Pengurus Ungkap Fakta di Balik Tragedi Masjid Agung Sibolga”.
Hasil analisis visual pada video kedua ini memperlihatkan kejanggalan yakni gerakan mulut yang tidak sama dengan kata yang diucapkan pria dalam video.
Analisis menggunakan alat deteksi AI, Hive Moderation dan AI or NOT menemukan konten tersebut dibuat dengan AI.
Alat deteksi Hive Moderation menunjukkan skor 99,7 persen kemungkinan video itu mengandung elemen AI. Sementara AI or NOT menyatakan 37 persen konten dibuat dengan AI generatif dan Wasit AI juga meyakinkan terdeteksi buatan AI. Video ini dibuat menggunakan foto korban yang pernah ditayangkan akun Tribun Sumsel edisi 4 November 2025 menit ke 01:02 dan Serambinews.com menit ke 00:24.
Foto pada konten ketiga ini tidak menunjukkan kesamaan dengan sosok pria korban penganiayaan di Masjid Agung Sibolga. Berdasarkan video terakhir korban bernama Arjuna Tamaraya, 21 tahun, baik raut wajah, potongan rambut dan postur tubuh Arjuna, tidak sama dengan foto pada konten itu. Video Arjuna diunggah kembali oleh akun YouTube Tribun Sumsel, 6 November 2025.
Lokasi salat pria pada foto itu juga terlihat bukan di Masjid Agung Sibolga. Tidak ada kesamaan keramik lantai maupun sajadah yang dipergunakan dengan Masjid Agung Sibolga. Seperti yang tampak pada video unggahan akun Serambinews pada 11 November 2025 di menit ke 00:26.
Peristiwa Penganiayaan di Masjid Agung Sibolga
Tempo menulis, pengeroyokan bermula saat korban beristirahat di dalam masjid, Jumat dini hari, 31 Oktober 2025. Salah satu pelaku menegur korban yang masih tertidur, lalu pelaku lain datang dan memukul korban secara bersama-sama. “Para pelaku melakukan kekerasan hingga korban mengalami luka berat di kepala,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sibolga Ajun Komisaris Rustam E. Silaban.
Warga sempat lalu membawa korban ke RSUD Dr. F.L. Tobing Sibolga untuk mendapat perawatan. Namun, pada Sabtu, 1 November 2025 pukul 05.55 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia. Jenazah korban kemudian dimakamkan di kampung halamannya setelah menjalani otopsi di RSUD Dr. F.L. Tobing Sibolga dengan persetujuan keluarga.
Tak selang berapa lama, polisi berhasil menangkap seluruh pelaku pengeroyokan. Kapolres Sibolga Ajun Komisaris Besar Eddy Inganta mengatakan, polisi menangkap total lima orang terduga pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut. “Polres Sibolga berhasil mengamankan lima pelaku yang diduga kuat terlibat dalam pembunuhan seorang pemuda,” ujar Eddy dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 November 2025.
Hingga 17 Desember 2025, jumlah korban bencana banjir bandang dan longsor di Kota Sibolga mencapai 54 orang. Ada dua faktor penyebab bencana di Kota Sibolga di akhir November 2025. Pertama, cuaca ekstrem akibat siklon tropis Senyar yang melanda wilayah Sumatera bagian utara dan Selat Malaka pada akhir November 2025.
Siklon tersebut meningkatkan intensitas hujan ekstrem di kawasan tersebut, termasuk di Kota Sibolga. Dikutip dari Tribun Medan, curah hujan tinggi di Kota Sibolga terjadi sejak Senin, 24 November 2025 pukul 06.00 WIB hingga Selasa malam, 25 November 2025. Curah hujan tinggi menyebabkan sejumlah titik di Kota Sibolga mengalami bencana longsor.
Faktor kedua yakni terkait terganggunya ekosistem Batang Toru yang menopang sistem penyangga kehidupan di Kota Sibolga. Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Utara Rianda Purba mengatakan ekosistem Batang Toru terganggu karena perubahan tutupan lahan hutan (deforestasi) dalam jumlah besar. Deforestasi menyebabkan fungsi hidrologis terganggu, termasuk kemampuan tanah dan vegetasi menahan air, menstabilkan lereng, dan mengendalikan aliran air di permukaan.
“Ketika fungsi-fungsi itu menurun, hujan ekstrem akan menjadi banjir bandang dan longsor,” kata Rianda kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2025.
WALHI Sumut, mengidentifikasi alih fungsi hutan di Batang Toru mencapai 10.795,31 hektare yang terkait dengan aktivitas tujuh perusahaan.
Sementara menurut analisis Greenpeace, selama periode 1990-2022, deforestasi di DAS Batang Toru mencapai 70 ribu hektare atau 21 persen dari luas keseluruhan. Kini luas hutan alam yang tersisa di kawasan DAS Batang Toru sebesar 167 ribu hektare atau 49 persen.
Alih fungsi hutan di kawasan DAS Batang Toru muncul setelah terbitnya berbagai perizinan berbasis lahan dan ekstraktif. Luasan perizinan tersebut mencapai 94 ribu hektare atau 28 persen. Sebagian besar berupa perizinan berusaha pemanfaatan hutan, wilayah izin usaha pertambangan, dan perkebunan kelapa sawit.
Tempo juga menelusuri video-video di atas dengan pencarian gambar terbalik Google, analisis visual, dan alat deteksi akal imitasi. Hasilnya, ada video yang dibuat dengan akal imitasi (AI).
Video ini memperlihatkan kesamaan dengan video yang diunggah oleh akun YouTube N2STV Naomi berjudul “Shalat Jumat Masjid Agung Sibolga Jelang Idul Adha” pada 24 Juli 2020. Akun Metro TV edisi 4 November 2025 juga menampilkan Masjid Agung Sibolga dalam berita berjudul “Pengurus Ungkap Fakta di Balik Tragedi Masjid Agung Sibolga”.
Hasil analisis visual pada video kedua ini memperlihatkan kejanggalan yakni gerakan mulut yang tidak sama dengan kata yang diucapkan pria dalam video.
Analisis menggunakan alat deteksi AI, Hive Moderation dan AI or NOT menemukan konten tersebut dibuat dengan AI.
Alat deteksi Hive Moderation menunjukkan skor 99,7 persen kemungkinan video itu mengandung elemen AI. Sementara AI or NOT menyatakan 37 persen konten dibuat dengan AI generatif dan Wasit AI juga meyakinkan terdeteksi buatan AI. Video ini dibuat menggunakan foto korban yang pernah ditayangkan akun Tribun Sumsel edisi 4 November 2025 menit ke 01:02 dan Serambinews.com menit ke 00:24.
Foto pada konten ketiga ini tidak menunjukkan kesamaan dengan sosok pria korban penganiayaan di Masjid Agung Sibolga. Berdasarkan video terakhir korban bernama Arjuna Tamaraya, 21 tahun, baik raut wajah, potongan rambut dan postur tubuh Arjuna, tidak sama dengan foto pada konten itu. Video Arjuna diunggah kembali oleh akun YouTube Tribun Sumsel, 6 November 2025.
Lokasi salat pria pada foto itu juga terlihat bukan di Masjid Agung Sibolga. Tidak ada kesamaan keramik lantai maupun sajadah yang dipergunakan dengan Masjid Agung Sibolga. Seperti yang tampak pada video unggahan akun Serambinews pada 11 November 2025 di menit ke 00:26.
Peristiwa Penganiayaan di Masjid Agung Sibolga
Tempo menulis, pengeroyokan bermula saat korban beristirahat di dalam masjid, Jumat dini hari, 31 Oktober 2025. Salah satu pelaku menegur korban yang masih tertidur, lalu pelaku lain datang dan memukul korban secara bersama-sama. “Para pelaku melakukan kekerasan hingga korban mengalami luka berat di kepala,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sibolga Ajun Komisaris Rustam E. Silaban.
Warga sempat lalu membawa korban ke RSUD Dr. F.L. Tobing Sibolga untuk mendapat perawatan. Namun, pada Sabtu, 1 November 2025 pukul 05.55 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia. Jenazah korban kemudian dimakamkan di kampung halamannya setelah menjalani otopsi di RSUD Dr. F.L. Tobing Sibolga dengan persetujuan keluarga.
Tak selang berapa lama, polisi berhasil menangkap seluruh pelaku pengeroyokan. Kapolres Sibolga Ajun Komisaris Besar Eddy Inganta mengatakan, polisi menangkap total lima orang terduga pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut. “Polres Sibolga berhasil mengamankan lima pelaku yang diduga kuat terlibat dalam pembunuhan seorang pemuda,” ujar Eddy dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 November 2025.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa bencana di Sibolga karena azab adalah klaim keliru.
Rujukan
https://www.tiktok.com/@yahyalsn313/video/7578787991598943509?_r=1&_t=ZS-927QeLVVEAO
https://www.tiktok.com/@priyo_aminullah/video/7579065582604143879?_r=1&_t=ZS-927QabP2AXF
https://www.tiktok.com/@amba.allah42/photo/7578421646650805525?_r=1&_t=ZS-927QPwiGNEL
https://www.youtube.com/watch?v=sGhrOyRgj28
https://www.youtube.com/shorts/Qo79l6brV4o
Publish date : 2025-12-19

