Berita
SEBUAH konten dengan klaim Presiden Prabowo berhasil menarik investasi asing sebesar Rp 734 triliun beredar di TikTok [arsip] pada 20 November 2025.
Konten itu memuat gambar-gambar ilustrasi pabrik perakitan mobil, motor, dan emas. Selain investasi asing, unggahan itu menyebut bahwa Presiden Prabowo segera membuka 3 juta lapangan kerja dan 20 pabrik baru di Indonesia dengan investasi jumbo.
Lalu benarkah pemerintah berhasil menggaet investasi asing sebesar Rp 734 triliun dan menciptakan 3 juta lapangan kerja baru?
Konten itu memuat gambar-gambar ilustrasi pabrik perakitan mobil, motor, dan emas. Selain investasi asing, unggahan itu menyebut bahwa Presiden Prabowo segera membuka 3 juta lapangan kerja dan 20 pabrik baru di Indonesia dengan investasi jumbo.
Lalu benarkah pemerintah berhasil menggaet investasi asing sebesar Rp 734 triliun dan menciptakan 3 juta lapangan kerja baru?
HASIL CEK FAKTA
Tempo memverifikasi unggahan itu dengan mewawancarai peneliti ekonomi dan menggunakan situs-situs media yang kredibel. Hasilnya, performa penanaman modal asing di masa pemerintahan Prabowo Subianto justru menunjukkan tren menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Penurunan terjadi pada kuartal-II dan kuartal-III tahun 2025.
Selain itu, meski memang ada pembangunan pabrik baru di tahun 2025 dan tahun depan, jumlah penyerapan tenaga kerja tidak mencapai 3 juta orang. Tingkat pengangguran di Indonesia masih sebesar 7 juta penduduk dan jumlah pemutusan hubungan kerja pada 2025 melonjak dibandingkan tahun sebelumnya.
Klaim 1: Investasi asing ke Indonesia sebesar Rp 734 triliun di era Prabowo
Angka penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) di sebuah negara diperoleh dengan tiga cara yakni pembelian perusahaan, pembelian saham perusahaan minimal 10 persen, dan pembelian atau pembangunan aset seperti tanah, barang, atau membangun konstruksi pabrik.
Menurut peneliti makroekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky, jika dihitung dari kuartal-IV (Q4) tahun 2024 hingga kuartal-III 2025, realisasi FDI sekitar Rp 890 triliun.
Sedangkan jika dihitung dari kuartal-I 2025 hingga kuartal-III tahun 2025, realisasi PMA sebesar Rp 644 triliun. Namun, Riefky menekankan performa PMA tidak dilihat dari nominal, melainkan pertumbuhan dari tahun sebelumnya pada periode yang sama (year-on-year).
Riefky menjelaskan, selama pemerintahan Prabowo, pertumbuhan PMA secara persentase year-on-year justru menunjukkan penurunan. “Bahkan tumbuh negatif atau terkontraksi di kuartal (Q2) dan kuartal 3 (Q3) tahun 2025,” kata dia kepada Tempo, Senin 15 Desember 2025.
Menurut Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, angka PMA pada kuartal-I tahun 2025 sebesar Rp230,4 triliun. Menurut Riefky, pertumbuhan PMA kuartal-I tersebut sebesar 5,65 persen dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi PMA pada kuartal-II mencapai Rp 202 triliun. Dikutip dari sejumlah media seperti Reuters dan IDNTimes, performa PMA tersebut turun 6,95 persen dibandingkan kuartal II-2024.
Sedangkan realisasi PMA kuartal-III sebesar Rp212,0 triliun. Dikutip dari Bisnis dan Trading Economics, angka tersebut menyusut 8,9 persen dibandingkan dengan kuartal-III 2024. Penurunan ini menjadi yang terbesar sejak kuartal-I 2020. “Ini sama sekali tidak mencerminkan keberhasilan, karena growth-nya terus menurun bahkan negatif,” kata Riefky.
Menurut Kepala Ekonomi Permata Bank, Josua Pardede, PMA terbesar masih berada di sektor industri logam dasar, jasa lainnya, dan pertambangan. Hal ini, kata dia, menunjukkan daya tarik utama PMA masih bertumpu pada industri pengolahan berbasis sumber daya alam dan proyek hilirisasi.
Pelemahan tahunan PMA tersebut, kata Josua, juga memberikan sinyal bahwa sebagian investor cenderung lebih selektif. “Perlu ada konsistensi agar penanaman modal asing tidak hanya besar secara angka, tapi juga merata dan berkelanjutan,” kata Josua, Selasa 16 Desember 2025.
Menurut dia, pemerintah perlu memberikan kepastian pada investor asing meliputi kebijakan yang ajeg, kelancaran proses perizinan, kesiapan infrastruktur, stabilitas biaya, dan pasokan energi.
Klaim 2: Tiga juta lapangan kerja dari 20 pabrik baru
Dikutip dari Detik, Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan sebanyak 1.784 pabrik baru beroperasi pada kuartal II-2025 dengan nilai investasi Rp 116,51 triliun.
Namun pembangunan sejumlah pabrik itu telah dimulai pada 2023 dan 2024. Total jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 80.191 orang.
Selain itu, sepanjang semester I 2025 ada 1.690 perusahaan yang melapor akan membangun pabrik maupun fasilitas industri di Indonesia. Dilansir dari Kumparan, tenaga kerja yang akan diserap mencapai 332.298 orang.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2025 sebesar 4,85 persen atau setara dengan 7,46 juta orang. Jumlah ini naik dibandingkan angka TPT Februari 2025 sebesar 4,76 persen atau setara 7,28 juta orang.
Selain tingkat pengangguran yang tinggi, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun 2025 juga melonjak. Dikutip dari Detik, berdasarkan catatan Pusat Data dan Teknologi Informasi Ketenagakerjaan Kemnaker, jumlah orang yang terkena PHK mencapai 70.244 orang. Jumlah tersebut merupakan pegawai yang terklasifikasi sebagai peserta program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) BPJS Ketenagakerjaan.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding periode Januari-Oktober 2024 yang sebanyak 63.947 orang, atau lebih tinggi 6.297.
Menurut peneliti makroekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky, dengan situasi ekonomi nasional tersebut sulit bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja hingga 3 juta orang. “Sulit kalau iklim investasinya tidak diperbaiki,” kata dia.
Selain itu, meski memang ada pembangunan pabrik baru di tahun 2025 dan tahun depan, jumlah penyerapan tenaga kerja tidak mencapai 3 juta orang. Tingkat pengangguran di Indonesia masih sebesar 7 juta penduduk dan jumlah pemutusan hubungan kerja pada 2025 melonjak dibandingkan tahun sebelumnya.
Klaim 1: Investasi asing ke Indonesia sebesar Rp 734 triliun di era Prabowo
Angka penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) di sebuah negara diperoleh dengan tiga cara yakni pembelian perusahaan, pembelian saham perusahaan minimal 10 persen, dan pembelian atau pembangunan aset seperti tanah, barang, atau membangun konstruksi pabrik.
Menurut peneliti makroekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky, jika dihitung dari kuartal-IV (Q4) tahun 2024 hingga kuartal-III 2025, realisasi FDI sekitar Rp 890 triliun.
Sedangkan jika dihitung dari kuartal-I 2025 hingga kuartal-III tahun 2025, realisasi PMA sebesar Rp 644 triliun. Namun, Riefky menekankan performa PMA tidak dilihat dari nominal, melainkan pertumbuhan dari tahun sebelumnya pada periode yang sama (year-on-year).
Riefky menjelaskan, selama pemerintahan Prabowo, pertumbuhan PMA secara persentase year-on-year justru menunjukkan penurunan. “Bahkan tumbuh negatif atau terkontraksi di kuartal (Q2) dan kuartal 3 (Q3) tahun 2025,” kata dia kepada Tempo, Senin 15 Desember 2025.
Menurut Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, angka PMA pada kuartal-I tahun 2025 sebesar Rp230,4 triliun. Menurut Riefky, pertumbuhan PMA kuartal-I tersebut sebesar 5,65 persen dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi PMA pada kuartal-II mencapai Rp 202 triliun. Dikutip dari sejumlah media seperti Reuters dan IDNTimes, performa PMA tersebut turun 6,95 persen dibandingkan kuartal II-2024.
Sedangkan realisasi PMA kuartal-III sebesar Rp212,0 triliun. Dikutip dari Bisnis dan Trading Economics, angka tersebut menyusut 8,9 persen dibandingkan dengan kuartal-III 2024. Penurunan ini menjadi yang terbesar sejak kuartal-I 2020. “Ini sama sekali tidak mencerminkan keberhasilan, karena growth-nya terus menurun bahkan negatif,” kata Riefky.
Menurut Kepala Ekonomi Permata Bank, Josua Pardede, PMA terbesar masih berada di sektor industri logam dasar, jasa lainnya, dan pertambangan. Hal ini, kata dia, menunjukkan daya tarik utama PMA masih bertumpu pada industri pengolahan berbasis sumber daya alam dan proyek hilirisasi.
Pelemahan tahunan PMA tersebut, kata Josua, juga memberikan sinyal bahwa sebagian investor cenderung lebih selektif. “Perlu ada konsistensi agar penanaman modal asing tidak hanya besar secara angka, tapi juga merata dan berkelanjutan,” kata Josua, Selasa 16 Desember 2025.
Menurut dia, pemerintah perlu memberikan kepastian pada investor asing meliputi kebijakan yang ajeg, kelancaran proses perizinan, kesiapan infrastruktur, stabilitas biaya, dan pasokan energi.
Klaim 2: Tiga juta lapangan kerja dari 20 pabrik baru
Dikutip dari Detik, Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan sebanyak 1.784 pabrik baru beroperasi pada kuartal II-2025 dengan nilai investasi Rp 116,51 triliun.
Namun pembangunan sejumlah pabrik itu telah dimulai pada 2023 dan 2024. Total jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 80.191 orang.
Selain itu, sepanjang semester I 2025 ada 1.690 perusahaan yang melapor akan membangun pabrik maupun fasilitas industri di Indonesia. Dilansir dari Kumparan, tenaga kerja yang akan diserap mencapai 332.298 orang.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2025 sebesar 4,85 persen atau setara dengan 7,46 juta orang. Jumlah ini naik dibandingkan angka TPT Februari 2025 sebesar 4,76 persen atau setara 7,28 juta orang.
Selain tingkat pengangguran yang tinggi, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun 2025 juga melonjak. Dikutip dari Detik, berdasarkan catatan Pusat Data dan Teknologi Informasi Ketenagakerjaan Kemnaker, jumlah orang yang terkena PHK mencapai 70.244 orang. Jumlah tersebut merupakan pegawai yang terklasifikasi sebagai peserta program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) BPJS Ketenagakerjaan.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding periode Januari-Oktober 2024 yang sebanyak 63.947 orang, atau lebih tinggi 6.297.
Menurut peneliti makroekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky, dengan situasi ekonomi nasional tersebut sulit bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja hingga 3 juta orang. “Sulit kalau iklim investasinya tidak diperbaiki,” kata dia.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim ada jumlah investasi asing mencapai Rp 734 triliun dan pembukaan lapangan kerja 3 juta orang dari 20 pabrik baru adalah menyesatkan.
Pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahun 2024. Selain itu pembukaan pabrik baru tidak menciptakan lapangan kerja hingga 3 juta orang.
Pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahun 2024. Selain itu pembukaan pabrik baru tidak menciptakan lapangan kerja hingga 3 juta orang.
Rujukan
https://www.tiktok.com/@mukman.pda7/photo/7574645924799040789?_r=1&_t=ZS-91ZqXXixc1p
https://id.tradingeconomics.com/indonesia/foreign-direct-investment-yoy
Publish date : 2025-12-17

