Berita
KOMPAS.com - Penampakan awan bertopi di Gunung Sindoro, Wonosobo, Jawa Tengah diklaim merupakan pertanda datangnya badai.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang beredar tidak benar.
Informasi yang menyebutkan awan bertopi di Gunung Sindoro pertanda badai disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 7 November 2024:
Rumusnya ketika Gunung bertopi yang di puncak sedang kalang kabut karena Badai
#Sindoro
akun Facebook Tangkapan layar unggahan dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, 7 November 2024, yang menyebutkan awan bertopi di Gunung Sindoro pertanda badai.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang beredar tidak benar.
Informasi yang menyebutkan awan bertopi di Gunung Sindoro pertanda badai disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 7 November 2024:
Rumusnya ketika Gunung bertopi yang di puncak sedang kalang kabut karena Badai
#Sindoro
akun Facebook Tangkapan layar unggahan dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, 7 November 2024, yang menyebutkan awan bertopi di Gunung Sindoro pertanda badai.
HASIL CEK FAKTA
Pemandangan awan bertopi yang menyelimuti puncak Gunung Sindoro adalah fenomena yang sering terjadi.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Haris Syahid Hakim mengatakan, kemunculan awan bertopi tidak ada kaitannya dengan prediksi bencana.
"Awan berbentuk topi di puncak Gunung Sindoro pada dasarnya hanya fenomena biasa dan tidak terkait badai, bencana, atau apapun sejenisnya," kata Haris pada Selasa (17/12/2024), seperti diwartakan Kompas.com.
Meski tak dapat memprediksi badai, tetapi kemunculan awan berbentuk topi di puncak gunung dapat diprediksi.
"Contohnya seperti faktor kelembapan, uap air, suhu, angin, dan lainnya. Jadi tidak ada kaitannya dengan bencana atau badai," jelasnya.
Awan yang biasanya muncul ketika badai adalah Cumulonimbus, yang cirinya menjulang ke atas dan bergelombang-gelombang, berwarna hitam pekat, serta kerap disertai petir dan angin kencang.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Haris Syahid Hakim mengatakan, kemunculan awan bertopi tidak ada kaitannya dengan prediksi bencana.
"Awan berbentuk topi di puncak Gunung Sindoro pada dasarnya hanya fenomena biasa dan tidak terkait badai, bencana, atau apapun sejenisnya," kata Haris pada Selasa (17/12/2024), seperti diwartakan Kompas.com.
Meski tak dapat memprediksi badai, tetapi kemunculan awan berbentuk topi di puncak gunung dapat diprediksi.
"Contohnya seperti faktor kelembapan, uap air, suhu, angin, dan lainnya. Jadi tidak ada kaitannya dengan bencana atau badai," jelasnya.
Awan yang biasanya muncul ketika badai adalah Cumulonimbus, yang cirinya menjulang ke atas dan bergelombang-gelombang, berwarna hitam pekat, serta kerap disertai petir dan angin kencang.
KESIMPULAN
Narasi yang menyebutkan awan bertopi di Gunung Sindoro pertanda badai merupakan informasi keliru.
Awan berbentuk topi di puncak gunung merupakan fenomena wajar dan bukanlah prediksi badai.
Awan yang umumnya muncul ketika badai adalah Cumulonimbus, yang cirinya berbeda dengan awan berbentuk topi.
Awan berbentuk topi di puncak gunung merupakan fenomena wajar dan bukanlah prediksi badai.
Awan yang umumnya muncul ketika badai adalah Cumulonimbus, yang cirinya berbeda dengan awan berbentuk topi.
Rujukan
https://www.facebook.com/groups/1471783946904067/posts/1801335290615596
Publish date : 2024-12-19