Berita
Sebuah video pendek tentangadanya partikel nano graphene oxide sebagai pengaruh tower 5G pada vaksin Covid-19 diunggah oleh akun media sosial ini [ arsip ] dan ini. Pengunggah menulis narasi bahwa Ricardo Delgado, seorang peneliti dari La Quinta Columna terlibat pada proyek penelitian Covid-19. Pada salah satu videonya ia menyebutkan bahwa beberapa merek vaksin yang ia teliti ternyata positif mengandung nanopartikelgraphene oxide.
Disebutkan bahwa konongraphene oxideadalah partikel yang "istimewa" yang bereaksi pada tingkat radiasi tertentu. Menara 5G memancarkan radiasi sehingga munculah teori bahwa orang yang di dalam tubuhnya mengandung nanopartikelgraphene oxidedari vaksin, akan bereaksi dengan menara 5G.
Benarkah nano partikelgraphene oxideterkandung pada semua vaksin COVID-19, dan berkaitan dengan tower 5G?
HASIL CEK FAKTA
Tim Cek Fakta Tempo menghubungi peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si. Menurut Arif, klaim mengenai keberadaan nanopartikelgraphene oxidedalam vaksin COVID-19 yang dapat bereaksi terhadap radiasi 5G merupakan isu yang tidak berdasar secara ilmiah.
Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwagraphene oxidedigunakan dalam produksi vaksin COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama badan pengawas obat lainnya di seluruh dunia, telah mengawasi ketat terhadap komposisi vaksin yang telah beredar dan tersedia saat ini.
“Teori konspirasi yang mengaitkan vaksin dengan teknologi 5G muncul dari miskonsepsi tentang sifat fisikgraphene oxide.Material ini memang digunakan dalam beberapa aplikasi medis dan teknologi, tetapi tidak ada bukti bahwa ia dapat bereaksi terhadap frekuensi radio 5G di dalam tubuh manusia. Pemahaman bahwa radiasi 5G dapat memicu reaksi pada vaksinasi yang mengandunggraphene oxideadalah hasil dari informasi yang keliru dan tidak memiliki landasan ilmiah,” kata Airf kepada Tempo, kemarin.
Dikutip dari laman Reuters, Pfizer mengatakan bahwa vaksinnya tidak mengandung bahan tersebut. Bahan ini juga tidak tercantum dalam vaksin COVID-19 manapun yang tersedia secara luas di seluruh dunia.
“Grafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19,” kata Senior Associate of Global Media Relations Pfizer kepada Reuters.
Laman lembaga pengawas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat, mempublikasikan bahan-bahan vaksin Pfizer antara lain: mRNA, lipid, kalium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat dihidrat dibasa, dan sukrosa. Kandungan grafena oksida tidak disebutkan dalam daftar tersebut.
Termasuk vaksin COVID-19 jenis lainnya seperti Moderna, Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V yang mengandung grafena oksida. Daftar kandungan vaksin dapat dilihat di sini.
Klaim tentang vaksin COVID-19, dan kaitannya dengan tower 5G sudah beredar di media sosial sejak pandemi COVID-19. Klaim bahwa Graphene oxide yang ada dalam vaksin Covid-19 dapat diaktifkan frekuensi elektromagnetik beredar di media sosial Facebook pada bulan Mei 2021. Dilansir The Observers, Emmanuel Flahaut, spesialis Graphene dan direktur penelitian di lembaga penelitian Perancis, CNRS mengatakan mengatakan bahwa tidak mungkin zat dalam video ini adalahgraphene.
Ia juga mengatakan,graphene oxide tampaknya memiliki beberapa tingkat sifat magnetik tetapi tidak dapat menarik apa pun.Graphene oxidedalam bentuk bubuk tidak tertarik oleh magnet. Dan jika ada sedikitgraphene oxidedalam suatu produk, itu tidak akan cukup untuk mengaktivasi sifat magnetik apapun pada tingkat yang signifikan.
Dalam riset yang dipublikasikan National Library of Medicine, penggunaangraphene oxidedalam vaksin atau aplikasi medis lainnya masih diuji coba, tetapi belum menjadi komponen standar vaksin apa pun.
Tempo pernah memeriksa klaim-klaim yang keliru mengenai graphene axide tersebut di sini dan di sini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tempo, klaim video nano partikelgraphene oxideterkandung pada semua vaksin COVID-19, dan berkaitan dengan tower 5G adalahkeliru.
Tidak ada kandungan graphene oksida dalam seluruh vaksin COVID-19 lain yang tersedia di seluruh dunia baik itu oleh Moderna, Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V. Meski grafena oksida masih diuji coba untuk digunakan dalam vaksin, namun zat tersebut tidak dapat menimbulkan sifat magnetik jika terpapar radiasi 5G.
Rujukan
https://www.instagram.com/reel/DBqfT4zP939/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
https://mvau.lt/media/ad03b544-8837-445b-b643-0eb6b630155f
https://www.instagram.com/nurm4hmud4h/reel/DBrCYeBMx-D/
https://www.fda.gov/media/144637/download
https://www.facebook.com/kristopher.columbus.37/posts/281984820322913
https://observers.france24.com/en/science/20210811-covid-19-vaccine-graphene-videos-debunked
https://www.facebook.com/kristopher.columbus.37/posts/281984820322913
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37866317/
https://cekfakta.tempo.co/fakta/2260/keliru-kandungan-grafena-oksida-dalam-vaksin-covid-19
Publish date : 2024-11-04