Berita
KOMPAS.com - Beredar kutipan pernyataan yang diatribusikan kepada filsuf Yunani, Socrates. Pernyataan itu memuat pandangan Socrates soal debat dan fitnah.
Kutipan yang dibagikan berbunyi sebagai berikut: "Ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang".
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, Socrates tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.
Kutipan pernyataan soal debat dan fitnah yang disebut berasal dari Socrates dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut kutipan pernyataan yang dibagikan:
Ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang.
Kutipan yang dibagikan berbunyi sebagai berikut: "Ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang".
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, Socrates tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.
Kutipan pernyataan soal debat dan fitnah yang disebut berasal dari Socrates dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut kutipan pernyataan yang dibagikan:
Ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang.
HASIL CEK FAKTA
Dilansir Britannica, meski dikenal sebagai filsuf berpengaruh, Socrates tidak menulis apa pun. Pemikirannya dicatat oleh murid-muridnya, terutama Plato dan Xenophon.
Catatan tentang Socrates juga ditulis oleh murid Plato, Aristoteles, yang memperoleh pengetahuan tentang Socrates melalui gurunya.
Dilansir PolitiFact, asisten profesor filsafat dan klasik di Penn State University, Christopher Moore mengatakan, Plato dan Xenophon menulis tentang Socrates dan fitnah, tetapi tidak dalam konteks perdebatan yang kalah.
Socrates percaya, mereka yang memfitnahnya membenci filsafat dan kebenaran. Namun, ia tidak menyebut mereka sebagai pecundang.
Tidak ada bukti Socrates mengatakan sesuatu seperti kutipan yang beredar di Facebook, atau variasi dari kutipan tersebut.
Dilansir Biography, Socrates tidak memberikan ceramah tentang pengetahuan. Ia juga tidak menuliskan pikirannya dalam bentuk apa pun.
Socrates menjuluki dirinya sebagai orang bodoh karena tidak punya ide. Namun pada saat bersamaan, ia juga mengaku sebagai orang bijak karena mengakui ketidaktahuannya sendiri.
Socrates hidup di Athena, Yunani, pada 470-399 SM. Ia kerap berkeliling Athena untuk mengajukan pertanyaan dengan metode dialektika yang disebut Metode Socrates.
Metode itu memaksa lawan bicaranya untuk memikirkan masalah hingga sampai pada kesimpulan yang logis. Terkadang jawaban dari masalah tersebut sangat jelas, tetapi lawan bicara Socrates keliru menjawab dan membuat mereka terlihat bodoh.
Selama masa hidup Socrates, Athena mengalami kemunduran setelah kalah dari Sparta dalam Perang Peloponnesia. Warga Athena pun memasuki periode ketidakstabilan.
Banyak dari mereka mencoba mempertahankan identitas dengan berpegang teguh pada kejayaan masa lalu, gagasan tentang kekayaan, dan terpaku pada keindahan fisik. Socrates menyerang nilai-nilai ini dengan penekanannya yang kuat pada pentingnya pikiran.
Meski banyak orang Athena yang mengagumi kritik Socrates terhadap nilai-nilai konvensional Yunani masa itu, sebagian lainnya menjadi marah dan merasa bahwa Socrates mengancam cara hidup dan masa depan mereka yang tidak menentu.
Pada 399 SM, Socrates dituduh merusak generasi muda Athena dan menyebarkan bidah. Ia pun dijatuhi hukuman mati dengan menenggak campuran racun hemlock.
Catatan tentang Socrates juga ditulis oleh murid Plato, Aristoteles, yang memperoleh pengetahuan tentang Socrates melalui gurunya.
Dilansir PolitiFact, asisten profesor filsafat dan klasik di Penn State University, Christopher Moore mengatakan, Plato dan Xenophon menulis tentang Socrates dan fitnah, tetapi tidak dalam konteks perdebatan yang kalah.
Socrates percaya, mereka yang memfitnahnya membenci filsafat dan kebenaran. Namun, ia tidak menyebut mereka sebagai pecundang.
Tidak ada bukti Socrates mengatakan sesuatu seperti kutipan yang beredar di Facebook, atau variasi dari kutipan tersebut.
Dilansir Biography, Socrates tidak memberikan ceramah tentang pengetahuan. Ia juga tidak menuliskan pikirannya dalam bentuk apa pun.
Socrates menjuluki dirinya sebagai orang bodoh karena tidak punya ide. Namun pada saat bersamaan, ia juga mengaku sebagai orang bijak karena mengakui ketidaktahuannya sendiri.
Socrates hidup di Athena, Yunani, pada 470-399 SM. Ia kerap berkeliling Athena untuk mengajukan pertanyaan dengan metode dialektika yang disebut Metode Socrates.
Metode itu memaksa lawan bicaranya untuk memikirkan masalah hingga sampai pada kesimpulan yang logis. Terkadang jawaban dari masalah tersebut sangat jelas, tetapi lawan bicara Socrates keliru menjawab dan membuat mereka terlihat bodoh.
Selama masa hidup Socrates, Athena mengalami kemunduran setelah kalah dari Sparta dalam Perang Peloponnesia. Warga Athena pun memasuki periode ketidakstabilan.
Banyak dari mereka mencoba mempertahankan identitas dengan berpegang teguh pada kejayaan masa lalu, gagasan tentang kekayaan, dan terpaku pada keindahan fisik. Socrates menyerang nilai-nilai ini dengan penekanannya yang kuat pada pentingnya pikiran.
Meski banyak orang Athena yang mengagumi kritik Socrates terhadap nilai-nilai konvensional Yunani masa itu, sebagian lainnya menjadi marah dan merasa bahwa Socrates mengancam cara hidup dan masa depan mereka yang tidak menentu.
Pada 399 SM, Socrates dituduh merusak generasi muda Athena dan menyebarkan bidah. Ia pun dijatuhi hukuman mati dengan menenggak campuran racun hemlock.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, Socrates tidak pernah terbukti mengatakan "ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang".
Socrates percaya, mereka yang memfitnahnya membenci filsafat dan kebenaran. Namun, ia tidak menyebut mereka sebagai pecundang.
Socrates percaya, mereka yang memfitnahnya membenci filsafat dan kebenaran. Namun, ia tidak menyebut mereka sebagai pecundang.
Rujukan
https://www.facebook.com/photo/?fbid=963007219199503&set=a.562710769229152
https://www.britannica.com/biography/Socrates
Publish date : 2024-09-25