Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel dengan judul yang mengklaim Raja Salman menyebutkan Indonesia sebagai negara termunafik nomor satu. Postingan itu beredar sejak akhir pekan lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 22 September 2024.
Dalam postingannya terdapat cuplikan layar artikel dari CNBC Indonesia dengan judul "Raja Salman Sebut: Negara Termunafik Urutan Nomor Satu Indonesia".
Akun itu menambahkan narasi:
"Menurut kuh.Itu Fakta Yg D Lontarkn.PUTRA MAHKOTA SALMAN??????????
Tapi,,, ITU KATA² BUT KAUM CEBONG + KAMPRET JELAS BANGET MUNAFIK YAA??
Horeee KONOHA RENGKING 1"
Lalu benarkah postingan artikel dengan judul yang mengklaim Raja Salman menyebutkan Indonesia sebagai negara termunafik nomor satu?
HASIL CEK FAKTA
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel yang identik dengan postingan. Artikel itu diunggah oleh Cnbcindonesia.com pada 15 Agustus 2024.
Kesamaan terdapat pada foto yang dipakai dan juga nama penulis. Namun dalam artikel asli bukan mempunyai judul seperti dalam postingan.
Artikel asli mempunyai judul "Putra Mahkota Arab MBS Takut Dibunuh karena Israel". Berikut isi artikelnya:
"Jakarta, CNBC Indonesia - Putra Mahkota Raja Salman bin Abdulaziz, Mohammed bin Salman (MBS), mengungkap usaha pembunuhan ke dirinya. Hal ini dikatakannya penguasa de facto kerjaan Arab Saudi itu ke anggota parlemen Amerika Serikat (AS), sebagaimana dimuat laman Politico.
"MBS tahu banyak tentang pembunuhan," muat laman mengutip seorang mantan pejabat AS yang diberi pengarahan tentang percakapan tersebut dan dua sumber lain yang mengetahuinya dikutip Kamis (15/8/2024).
"Akhir-akhir ini, ia memberi tahu anggota parlemen AS bahwa ia berisiko mengalami pembunuhan," tambahnya.
Hal ini bukan tanpa sebab. MBS menyebut kesepakatan besar dengan Washington dan Tel Aviv yang mencakup normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel sebagai alasan.
Pada satu kesempatan, saat berbicara dengan parlemen AS, ia telah menyinggung bagaimana pemimpin Mesir Anwar Sadat, terbunuh setelah mencapai kesepakatan damai dengan Israel. Ia pun mempertanyakan AS, kemana saja Gedung Putih saat Sadat terbunuh, dan sejauh mana upaya yang dilakukan sebelumnya untuk melindungi pemimpin yang tewas tahun 1981 itu.
"Ia juga telah membahas ancaman yang dihadapinya dalam menjelaskan mengapa kesepakatan semacam itu harus mencakup jalan yang benar menuju negara Palestina, terutama sekarang karena perang di Gaza telah meningkatkan kemarahan Arab terhadap Israel," jelas laman itu lagi.
Meski begitu sumber Politico juga mengungkap bahwa MBS sebenarnya tak mempermasalahkan membuka kerja sama dengan Israel. Namun, ini adalah hal yang berisiko tinggi dan sensitif.
Sebenarnya, poin-poin pembicaraan antara Arab Saudi, AS dan Israel dirahasiakan dan masih dikembangkan. Tak hanya soal pembukaan hubungan Arab Saudi-Israel tapi juga komitmen AS terhadap Arab Saudi, yang didalamnya berisi jaminan keamanan melalui perjanjian, bantuan untuk program nuklir sipil, dan investasi ekonomi di berbagai bidang seperti teknologi.
Beberapa laporan, juga menyebut nantinya Arab Saudi akan membatasi hubungannya dengan China, sebagai timbal balik ke AS. Pembukaan hubungan Arab Saudi dan Israel baik diplomatik dan hubungan lainnya menjadi imbalan lain.
Jika hubungan keduanya terjalin, maka ini akan menjadi sebuah keuntungan besar bagi Israel. Mengingat pentingnya Arab Saudi di antara negara-negara Muslim.
Namun, yang membuat MBS kesal, pemerintah Israel tidak mau memasukkan kemerdekaan Palestina dalam pakta tersebut. Tak ada komitmen kredibel yang ditunjukan Negeri Yahudi.
"Cara dia (MBS) mengatakannya adalah, Orang Saudi sangat peduli tentang ini, dan seluruh Timur Tengah sangat peduli tentang ini," ujar laman itu lagi menjelaskan pernyataan MBS.
"Masa jabatan saya sebagai penjaga tempat-tempat suci Islam tidak akan aman jika saya tidak mengatasi masalah keadilan yang paling mendesak di kawasan kami," tegas sumber Politico lagi, yang diklaim mengetahui percakapan yang dilakukan MBS dengan para pemimpin regional dan Amerika.
Menurut seorang negosiator Timur Tengah veteran yang pernah bekerja untuk beberapa presiden AS, Dennis Ross, membuat perdamaian adalah bisnis yang berbahaya. Itu terutama berlaku di Timur Tengah, bahkan sebelum perang Gaza meletus Oktober.
"Itu cara lain untuk mengatakan 'Ini adalah keputusan penting bagi saya'," ujarnya.
"Itulah sebabnya saya butuh sesuatu untuk itu," tambah Ross.
Perwakilan Arab Saudi sendiri tidak mengomentari pemberitaan ini. Kedutaan Arab Saudi di Washington menolak berkomentar."
KESIMPULAN
Postingan artikel dengan judul yang mengklaim Raja Salman menyebutkan Indonesia sebagai negara termunafik nomor satu adalah hoaks.
Rujukan
Publish date : 2024-09-24