Berita
KOMPAS.com - Perusahaan farmasi Moderna dinarasikan telah mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka menyebabkan kanker. Narasi ini disebar melalui unggahan di media sosial.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi Moderna mengakui bahwa vaksin mereka menyebabkan kanker dibagikan oleh akun Facebook ini pada Senin (9/9/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
"Kebenaran akan mencari Jalan nya sendiri"
Moderna telah mengakui vaksin COVID mRNA-nya menyebabkan KANKER setelah miliaran fragmen DNA ditemukan dalam botol suntikan berbahaya tersebut.
Narasi itu disertai tautan menuju artikel berjudul "Moderna confirms mRNA COVID Vaccines cause Cancer" yang dimuat di situs expose-news.com.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi Moderna mengakui bahwa vaksin mereka menyebabkan kanker dibagikan oleh akun Facebook ini pada Senin (9/9/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
"Kebenaran akan mencari Jalan nya sendiri"
Moderna telah mengakui vaksin COVID mRNA-nya menyebabkan KANKER setelah miliaran fragmen DNA ditemukan dalam botol suntikan berbahaya tersebut.
Narasi itu disertai tautan menuju artikel berjudul "Moderna confirms mRNA COVID Vaccines cause Cancer" yang dimuat di situs expose-news.com.
HASIL CEK FAKTA
Setelah disimak, artikel itu memuat pendapat Robert Malone dalam sebuah diskusi dengan anggota Kongres Amerika Serikat Marjorie Taylor Greene pada 13 November 2023.
Menurut PolitiFact, Malone adalah spesialis penyakit menular yang populer di kalangan antivaksin. Ia telah menyebarkan berbagai klaim palsu tentang vaksin Covid-19.
Dikutip dari FactCheck.org, dalam diskusi dengan Greene, Malone merujuk pada bagian singkat dalam aplikasi paten Moderna, yang diterbitkan pada 2019.
Permohonan paten tersebut terkait dengan vaksin RNA, tetapi komentar yang disoroti Malone adalah tentang vaksin DNA, yang masih dalam tahap eksperimental di AS.
Dalam deskripsinya tentang vaksin DNA, permohonan paten Moderna menyebutkan beberapa kekhawatiran teoretis terkait kanker sebagai contoh kelemahan teknologi tersebut.
Salah satunya adalah kemungkinan mutagenesis sisipan, yang dapat menyebabkan aktivasi onkogen atau penghambatan gen penekan tumor.
"FDA mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kekhawatiran, tetapi Moderna dalam patennya sendiri menjabarkan kekhawatiran yang sama persis dengan kekhawatiran yang ada tentang DNA dan mutagenesis insersi serta genotoksisitas," kata Malone.
Namun, kekhawatiran yang disebutkan dalam permohonan paten adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Tidak ada sisa DNA yang mengkode gen penyebab kanker dalam vaksin mRNA. Hal ini diperjelas Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dalam email kepada FactCheck.org.
"Berkenaan dengan vaksin mRNA, meskipun kekhawatiran telah dikemukakan sebelumnya sebagai masalah teoritis, bukti ilmiah yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa jumlah kecil dari sisa DNA tidak menyebabkan kanker atau perubahan pada kode genetik seseorang."
Menurut PolitiFact, Malone adalah spesialis penyakit menular yang populer di kalangan antivaksin. Ia telah menyebarkan berbagai klaim palsu tentang vaksin Covid-19.
Dikutip dari FactCheck.org, dalam diskusi dengan Greene, Malone merujuk pada bagian singkat dalam aplikasi paten Moderna, yang diterbitkan pada 2019.
Permohonan paten tersebut terkait dengan vaksin RNA, tetapi komentar yang disoroti Malone adalah tentang vaksin DNA, yang masih dalam tahap eksperimental di AS.
Dalam deskripsinya tentang vaksin DNA, permohonan paten Moderna menyebutkan beberapa kekhawatiran teoretis terkait kanker sebagai contoh kelemahan teknologi tersebut.
Salah satunya adalah kemungkinan mutagenesis sisipan, yang dapat menyebabkan aktivasi onkogen atau penghambatan gen penekan tumor.
"FDA mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kekhawatiran, tetapi Moderna dalam patennya sendiri menjabarkan kekhawatiran yang sama persis dengan kekhawatiran yang ada tentang DNA dan mutagenesis insersi serta genotoksisitas," kata Malone.
Namun, kekhawatiran yang disebutkan dalam permohonan paten adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Tidak ada sisa DNA yang mengkode gen penyebab kanker dalam vaksin mRNA. Hal ini diperjelas Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dalam email kepada FactCheck.org.
"Berkenaan dengan vaksin mRNA, meskipun kekhawatiran telah dikemukakan sebelumnya sebagai masalah teoritis, bukti ilmiah yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa jumlah kecil dari sisa DNA tidak menyebabkan kanker atau perubahan pada kode genetik seseorang."
KESIMPULAN
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi Moderna mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka menyebabkan kanker adalah hoaks.
Narasi tersebut disebarkan oleh Robert Malone, seseorang yang memiliki riwayat menyebarkan klaim palsu terkait pandemi dan Covid-19.
Malone mengutip secara serampangan isi pengajuan paten Moderna untuk membangun narasi menyesatkan soal vaksin Covid-19 menyebabkan kanker.
Kekhawatiran potensial soal mutagenesis yang disebutkan dalam permohonan paten Moderna adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Narasi tersebut disebarkan oleh Robert Malone, seseorang yang memiliki riwayat menyebarkan klaim palsu terkait pandemi dan Covid-19.
Malone mengutip secara serampangan isi pengajuan paten Moderna untuk membangun narasi menyesatkan soal vaksin Covid-19 menyebabkan kanker.
Kekhawatiran potensial soal mutagenesis yang disebutkan dalam permohonan paten Moderna adalah tentang vaksin yang menggunakan DNA sebagai bahan utamanya.
Sementara, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dan disetujui penggunaannya adalah vaksin bertipe mRNA, bukan vaksin DNA.
Rujukan
Publish date : 2024-09-11