Berita
KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial yang menyebutkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah bersiap dengan mega lockdown.
Penguncian massa besar-besaran atau mega lockdown dikaitkan dengan merebaknya kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox).
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Informasi mengenai WHO meminta pemerintah bersiap untuk mega lockdown, disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (18/9/2024):
Tuh baca sendiri, bukan mega thrust yang akan terjadi yang akan menghancurkan dan memporak porandakan, tapi "MEGA LOCKDOWN",
MEGA THRUST yang masih potensi kalian udah pada panik seolah olah negeri ini akan terpecah dan terbelah saja, sedangkan MEGATRON melalui anak kesayangan nya 10 tahun menjabat sudah menghancurkan dan memporak-poranda kan pecah belah sana sini saya lihat kalian santai santai saja tuh, tenang tenang saja sambil berorasi "hidup bapaknya samsul... Hidup bapaknya samsul",
Pengguna Facebook menyertakan tangkapan layar dari situs web "The People's Voice", 15 Agustus 2024, dengan judul berikut:
WHO Orders Govt's To Prepare for 'Mega Lockdowns' Die to 'Deadly Monkeypox' Strain
Narasi serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah akun ini dan ini.
Penguncian massa besar-besaran atau mega lockdown dikaitkan dengan merebaknya kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox).
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Informasi mengenai WHO meminta pemerintah bersiap untuk mega lockdown, disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (18/9/2024):
Tuh baca sendiri, bukan mega thrust yang akan terjadi yang akan menghancurkan dan memporak porandakan, tapi "MEGA LOCKDOWN",
MEGA THRUST yang masih potensi kalian udah pada panik seolah olah negeri ini akan terpecah dan terbelah saja, sedangkan MEGATRON melalui anak kesayangan nya 10 tahun menjabat sudah menghancurkan dan memporak-poranda kan pecah belah sana sini saya lihat kalian santai santai saja tuh, tenang tenang saja sambil berorasi "hidup bapaknya samsul... Hidup bapaknya samsul",
Pengguna Facebook menyertakan tangkapan layar dari situs web "The People's Voice", 15 Agustus 2024, dengan judul berikut:
WHO Orders Govt's To Prepare for 'Mega Lockdowns' Die to 'Deadly Monkeypox' Strain
Narasi serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah akun ini dan ini.
HASIL CEK FAKTA
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (14/8/2024), menyampaikan mengenai peningkatan jumlah kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo.
Pada 2023, ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian akibat Mpox.
Kemudian dalam sebulan terakhir, sekitar 90 kasus clade 1b telah dilaporkan di empat negara tetangga Kongo yang belum pernah melaporkan Mpox sebelumnya, yakni Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.
WHO merekomendasikan sejumlah langkah penanganan, seperti pemberian vaksin dan memperkuat surveilans.
Namun, tidak ada pernyataan Tedros mengenai permintaan lockdown kepada pemerintah.
WHO tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada pemerintah di seluruh dunia.
Dilansir USA Today, peran WHO sebagai organisasi ilmiah dan teknis adalah memberi nasihat dan mendukung 194 negara anggotanya.
Meskipun WHO mengeluarkan rekomendasi kesehatan masyarakat, setiap anggota mempunyai pilihan untuk membuat keputusan sendiri.
Di sisi lain, narasi yang beredar bersumber dari situs "The People’s Voice" yang memiliki rekam jejak menyebarkan disinformasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs tersebut bias sayap kanan ekstrem yang kerap mempromosikan teori konspirasi dari sumber yang tidak kredibel.
Pada 2023, ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian akibat Mpox.
Kemudian dalam sebulan terakhir, sekitar 90 kasus clade 1b telah dilaporkan di empat negara tetangga Kongo yang belum pernah melaporkan Mpox sebelumnya, yakni Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.
WHO merekomendasikan sejumlah langkah penanganan, seperti pemberian vaksin dan memperkuat surveilans.
Namun, tidak ada pernyataan Tedros mengenai permintaan lockdown kepada pemerintah.
WHO tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada pemerintah di seluruh dunia.
Dilansir USA Today, peran WHO sebagai organisasi ilmiah dan teknis adalah memberi nasihat dan mendukung 194 negara anggotanya.
Meskipun WHO mengeluarkan rekomendasi kesehatan masyarakat, setiap anggota mempunyai pilihan untuk membuat keputusan sendiri.
Di sisi lain, narasi yang beredar bersumber dari situs "The People’s Voice" yang memiliki rekam jejak menyebarkan disinformasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs tersebut bias sayap kanan ekstrem yang kerap mempromosikan teori konspirasi dari sumber yang tidak kredibel.
KESIMPULAN
Narasi mengenai WHO meminta pemerintah bersiap untuk mega lockdown merupakan hoaks.
Narasi yang beredar bersumber dari situs yang memiliki rekam jejak menyebar disinformasi dan teori konspirasi.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak pernah bicara mengenai lockdown akibat meningkatnya kasus Mpox.
Narasi yang beredar bersumber dari situs yang memiliki rekam jejak menyebar disinformasi dan teori konspirasi.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak pernah bicara mengenai lockdown akibat meningkatnya kasus Mpox.
Rujukan
Publish date : 2024-08-20