Berita
Sebuah gambar beredar di WhatsApp dan Facebook akun ini, ini, ini, ini, dan ini, yang memperlihatkan kaligrafi Abana yakni kaligrafi Arab yang berisi doa umat Kristen dan diklaim sebagai bagian dari Kristenisasi.
Gambar itu memperlihatkan kaos dengan sablon kaligrafi tulisan Arab alias huruf Hijaiyah berbentuk bundar.
Dikatakan bahwa kaos seperti itu sudah banyak dicetak dan dijual, termasuk di mal-mal. Disebutkan juga bahwa narasi yang beredar itu bersumber dari kelompok Muslim Cyber Army (MCA).
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah gambar tersebut berisi kaligrafi abana yang berisi doa umat Kristen bertujuan untuk kristenisasi?
HASIL CEK FAKTA
Konten berisi kontroversi atas beredarnya kaos bergambar kaligrafi abana, telah beredar di internet setidaknya sejak tahun 2015. Akan tetapi beredarnya kaligrafi abana tidak bertujuan untuk kristenisasi.
Uskup Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono mengatakan kaligrafi abana sebagaimana dalam narasi yang beredar, memang berisi doa umat Kristen. Sementara kaligrafi, menurutnya merupakan produk bahasa tulis Arab yang digunakan oleh berbagai pihak serta tidak didominasi oleh Muslim saja tapi juga beberapa agama berbeda yang hidup di Saudi Arabia.
“Terkait dengan narasi tersebut, memang merupakan tulisan doa kami. Dengan demikian perlu dipahami konteks tulisan ‘kaligrafi’ sebagai suatu bahasa atau literasi atau sastra,” isi pesan Mgr. Tri Harsono pada Tempo melalui sekretarisnya, Romo Toro, Jumat, 10 Mei 2024.
Kaos bergambar kaligrafi abana juga bisa ditemukan di online marketplace, yang bisa diakses secara bebas disertai keterangan yang jelas. Hal ini membuktikan sesungguhnya penjualannya tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kesenian Kaligrafi
Dilansir Arabnews.com, kesenian kaligrafi telah dikembangkan sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Kesenian visual berupa tulisan itu telah dikodifikasi, ditata ragam dan karakteristiknya, bahkan dijadikan abstraksi.
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau Unesco telah memasukkan kaligrafi Arab sebagai warisan dunia tak benda pada akhir tahun 2021. Kaligrafi Arab disebut sebagai produk budaya kebanggaan negara-negara di jazirah Arab dan umat Islam.
Namun, kaligrafi juga telah tersebar ke negara-negara non-Arab dan dipraktikkan oleh berbagai kalangan. Tidak hanya seni visual tulisan, kaligrafi juga digunakan dalam kesenian tata interior ruangan.
Dilansir The Guardian, sebagian pihak, terutama seniman kaligrafi, memandang kesenian kaligrafi bersifat universal. Di antaranya seniman kaligrafi asal Oman, Madny al-Bakry dan Said Adrus yang berlatar belakang muslim India.
Menurut Said Adrus, jauh sebelum digunakan dalam literatur agama, kaligrafi Arab telah digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk berpuisi. Menurutnya kaligrafi Arab memiliki keindahan estetis dan fonetik sebagai sebuah kesenian.
Sejarah Bahasa Arab
Dilansir website pengetahuan Islam, Islamweb.com, terdapat banyak versi terkait sejarah terbentuknya bahasa Arab. Ada yang berpendapat bahasa itu ada sejak zaman Nabi Adam, ada pula yang menyatakan sejak era Nabi Nuh, ada juga yang menyatakan Nabi Ismail.
Namun ada indikasi juga bahwa bahasa Arab dikembangkan sejak abad ke-8 sebelum masehi (SM). Aksara dan kosakatanya semakin berkembang pada abad ke-3 sampai ke-6 masehi.
Pada abad ke-7, muncul agama Islam yang juga menggunakan bahasa Arab, dalam pelaksanaan ibadah maupun isi kitab sucinya. Ketika agama tersebut menyebar ke Asia dan Afrika, penggunaan bahasa Arab pun turut meluas, lintas etnis dan agama.
Di sisi lain, dilansir Tirto.id tahun 2016, umat Kristen pengguna bahasa Arab di Timur Tengah juga banyak jumlahnya. Lebanon memiliki persentase umat Kristen terbanyak, yakni 31 sampai 35 persen alias sekitar 1,35 sampai 1,5 juta orang.
Disusul Mesir yang 10,5 persen atau sekira 8,9 juta penduduknya beragama Kristen. Kemudian Suriah dengan 4,4 sampai 10,2 atau sekira 1-2,3 juta, dan Yordania 2,8 sampai 6 persen dari total populasi, atau sekira 174.000 sampai 390.000 jiwa.
Hal ini menunjukkan bahasa Arab digunakan beragam golongan, tidak hanya agama tertentu saja. Demikian juga kaligrafi sebagai seni bahasa dan tulisan, yang dianggap memiliki sifat universal.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang beredar, yang mengatakan gambar kaligrafi abana yang dicetak di kaos dan dijual bagian dari kristenisasi adalah klaim yang menyesatkan.
Arti kaligrafi tersebut memang mengandung doa umat Kristen. Namun, kaligrafi bahasa Arab telah digunakan lintas etnis dan agama, tidak hanya oleh Muslim tapi juga agama-agama lain yang hidup di jazirah Arab.
Rujukan
https://ekonomi.republika.co.id/berita/noxr6k/kaligrafi-doa-nonmuslim-memiliki-tujuan-pemurtadan
https://www.arabnews.com/ArabicCalligraphy
https://ich.unesco.org/en/RL/arabic-calligraphy-knowledge-skills-and-practices-01718
https://www.theguardian.com/commentisfree/belief/2011/oct/26/arabic-calligraphy-beauty-universal
https://www.islamweb.net/en/fatwa/84899/history-of-the-arabic-language
https://renaissance-translations.com/arabic-language-history/
Publish date : 2024-05-22