Berita
Menteri Perhubungan Budi Karya menyatakan bahwa longsor di ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi, murni karena bencana alam. Tol yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi setahun lalu itu amblas diduga karena intensitas hujan tinggi pada Rabu malam, 3 April 2024.
“Jadi yang perlu saya sampaikan itu adalah bencana, bukan karena kesalahan siapa-siapa," katanya usai menghadiri Diskusi Kementerian Perhubungan bersama Harian Kompas, dilansir Tempo.co.
Benarkah pernyataan Budi Karya tersebut?
HASIL CEK FAKTA
Dosen di Politeknik Pekerjaan Umum, Rian Mantasa Salve Prastica membenarkan adanya faktor alam yang disebutkan Menteri Perhubungan Budi Karya. Namun, pengelola jalan tol seharusnya memiliki skenario mitigasi dari tim perencanaan jalan tol. “Juga, perlu dievaluasi bagaimana tim perencana konstruksi Tol Bocimi dan tim uji laik fungsi jalan tol menilai Tol Bocimi sebelumnya,” katanya.
Perencanaan Tol Bocimi yang dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk menggunakan aplikasi Bentley dalam mengembangkan 3D Building Information Modelling (BIM) dan alur konstruksi digital. BIM adalah teknologi dan proses kebijakan yang memungkinkan integrasi semua langkah dalam sebuah proyek konstruksi ke dalam model digital 3D. BIM membantu pengelolaan data proyek secara efisien dari awal hingga akhir, menggunakan perangkat lunak modern untuk meningkatkan produktivitas dalam perencanaan dan pembangunan bangunan.
Keuntungan lain dari sistem teknologi BIM adalah kemampuannya untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan, mempersingkat proses yang berulang, serta mempercepat durasi proyek untuk meningkatkan profitabilitas dalam industri konstruksi. Secara keseluruhan, BIM merupakan pendekatan yang menyeluruh untuk perancangan, pembangunan, dan manajemen bangunan. Pendekatan ini mencakup berbagai aspek proyek seperti desain, jadwal, dan informasi lainnya yang terintegrasi secara efisien.
“Dengan manfaat yang diperoleh dari awal perencanaan menggunakan BIM, diharapkan kejadian gagal struktur karena longsor dapat ditekan seminimal mungkin,” ungkap mahasiswa PhD Teknik Sipil di University of Queensland itu.
Berdasarkan studi pada salah satu ruas pada Tol Bocimi, di atas Sungai Cikereteg, nilai analisis stabilitas kelongsoran lereng menggunakan Plaxis 2D, kondisi eksisting tanpa adanya timbunan dan bored pile adalah 1,044.
Sedangkan apabila ada timbunan, kekuatan lereng memiliki nilai 1,196. Jika kondisinya ada timbunan dan bored pile, maka nilai kekuatan kelorongsorannya adalah 1,274. Seluruh nilai itu di bawah angka keamanan menurut SNI 8640:2017, yaitu harus lebih dari 1,5.
Analisis ini dilakukan belum dengan adanya faktor hujan yang dapat membuat saturasi tanah lebih jenuh dan nilai keamanan kelongsoran dapat lebih rendah. Tol Bocimi berada di wilayah Non-Zona Musim (Non-ZOM) di mana daerah tersebut memiliki pola hujan yang tidak memiliki perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
Berdasarkan salah satu studi di Tol Bocimi Section 2, tanahnya memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Dengan intensitas hujan yang tinggi, tanah mencapai kondisi jenuh. Kondisi kandungan air yang tinggi menyebabkan kesulitan mencapai kandungan air optimum dan berdampak pada tanah di area proyek. Kondisi ini dapat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil. Selain faktor intensitas hujan, perencanaan jalan tol perlu juga mempertimbangkan perubahan tata guna lahan di sekitar area jalan tol Bocimi.
Berubahnya tata guna lahan
Selain faktor alam berupa hujan, perubahan tata guna lahan juga turut berpengaruh. Berdasarkan studi prediksi perubahan tata guna lahan di sekitar Tol Bocimi pada tahun 2032, pemukiman akan meningkat sampai 71.22% dan lahan terbuka akan berkurang sampai 57.84%. Perubahan tata guna lahan ini akan mempengaruhi bagaimana ke depan, air akan lebih banyak melimpas daripada terserap tanah, sehingga perlu kajian drainase banjir yang memadai. “Jika tidak, tentu akan berpengaruh bila melimpas ke pondasi atau abutment jalan tol,” ujar Rian.
Berdasarkan tiga studi di atas, baik dari sifat kelongsoran lereng pada Tol Bocimi, pengaruh perubahan iklim saat hujan, dan perubahan tata guna lahan seharusnya sudah berada pada komponen perencanaan jalan tol sebelum dibangun menggunakan BIM. Untuk itu, perlu diverifikasi terlebih dahulu bagaimana analisis komponen tersebut dalam desain jalan tol pada BIM. Apakah kontraktor melakukan simulasi skenario hujan dan longsor saat perencanaan, bagaimana pengelolaan jalan tol setelah dibangun, dan lain-lain. Termasuk pemeliharaan dan mitigasi bencana dengan perubahan iklim yang dinamis seperti pembangunan talut untuk perkuatan lereng.
“Bila skenario bencana sudah masuk dalam perencanaan dahulu, kegagalan struktur dapat diantisipasi seminimum mungkin dan pengelola jalan tol memiliki skenario mitigasi di masa mendatang dari perencana,” jelas Rian.
KESIMPULAN
Pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya bahwa longsor di ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi murni karena bencana alam, adalah Sebagian Benar.
Berdasarkan beberapa studi sebelumnya, kelongsoran lereng pada Tol Bocimi dipengaruhi berbagai faktor. Mulai aspek perancangan, perubahan iklim saat hujan hingga perubahan tata guna lahan. Pengelola jalan tol seharusnya memiliki skenario mitigasi dari tim perencanaan jalan tol sebelum dibangun menggunakan BIM.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Rujukan
https://bisnis.tempo.co/read/1853829/longsor-tol-bocimi-salah-siapa-ini-komentar-menteri-budi-karya
https://br.bentley.com/wp-content/uploads/cs-bogor-ciawi-sukabumi-toll-road-ltr-en-lr.pdf
https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/ftsp/article/view/300/209
https://binamarga.pu.go.id/index.php/nspk/detail/sni-84602017-persyaratan-perancangan-geoteknik
https://knepublishing.com/index.php/KnE-Engineering/article/view/5860/11251
Publish date : 2024-05-14