Berita
Sebuah narasi beredar di WhatsApp serta akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini, yang berisi imbauan kepada masyarakat untuk mematikan gawai pada pukul 00.30 dini hari sampai 03.30 pagi hari.
Pesan tersebut mengklaim TV Singapura telah mengumumkan informasi terjadinya radiasi yang tinggi antara jam 00.30 hingga 03.30 pagi. Pada jam-jam tersebut cahaya kosmik akan memancar di dekat Bumi sehingga memunculkan radiasi paling tinggi pada gawai yang juga akan membahayakan manusia di dekatnya.
Namun, benarkah narasi yang mengatakan munculnya radiasi paling tinggi pada jam-jam tertentu itu?
Radiasi Tinggi
Sinar Cosmic
Sinar Kosmik
Pesan tersebut mengklaim TV Singapura telah mengumumkan informasi terjadinya radiasi yang tinggi antara jam 00.30 hingga 03.30 pagi. Pada jam-jam tersebut cahaya kosmik akan memancar di dekat Bumi sehingga memunculkan radiasi paling tinggi pada gawai yang juga akan membahayakan manusia di dekatnya.
Namun, benarkah narasi yang mengatakan munculnya radiasi paling tinggi pada jam-jam tertentu itu?
Radiasi Tinggi
Sinar Cosmic
Sinar Kosmik
HASIL CEK FAKTA
Dilansir Tempo, narasi tersebut telah berulang kali beredar di masyarakat selama bertahun-tahun. Salah satunya menjelang terjadi gerhana bulan total pada 28 Juli 2018, narasi tersebut juga beredar.
Namun, sesungguhnya saat itu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah menyatakan bahwa narasi tersebut keliru alias hoaks. Mereka mengatakan, narasi itu sering muncul jelang peristiwa gerhana bulan.
Demikian juga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah membantah klaim-klaim yang beredar itu, sebagaimana diberitakan Antara, 31 Juli 2018. BMKG mencatat, kabar hoaks itu kerap muncul jelang terjadinya fenomena alam.
Risiko Radiasi Kosmik
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC ) menjelaskan bahwa radiasi kosmik adalah radiasi dari luar angkasa yang paparannya juga sampai Bumi. Radiasi itu berasal dari bintang-bintang, seperti Matahari.
Radiasi kosmik terdiri atas partikel bermuatan energi tinggi, sinar-X, dan sinar gamma dari luar angkasa. Partikel-partikel itu sampai ke atmosfer bumi, lalu timbul reaksi dan menghasilkan radiasi sekunder yang sampai ke bumi.
Dengan demikian, radiasi kosmik juga memapar manusia. Rata-rata orang Amerika Serikat per tahun mendapat radiasi kosmik sebesar 0,34 mSv (34 mrem). Jumlah paparan itu tergolong rendah dan kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia.
Dilansir CNN Indonesia, 3 Agustus 2015, terdapat kecemasan di kalangan tim yang dibentuk Organisasi Public Health England (PHE), akan kemungkinan adanya radiasi kosmik dalam level yang berbahaya, yang memapar pengguna pesawat jarak jauh.
Namun, menurut Badan Antariksa Amerika Serikat ( NASA ), planet-planet dalam Tata Surya telah memiliki lapisa atmosfer bernama heliosfer yang menjadi tameng raksasa terhadap radiasi kosmik dari luar angkasa.
Badan Tenaga Atom Internasional ( IAEA ) juga menjelaskan bahwa medan magnet Bumi yang membentuk selubung pelindung magnetosfer, diketahui mampu memantulkan radiasi dari luar angkasa dan melindungi planet dari jilatan Matahari.
Memang terkadang ada radiasi kosmik yang berhasil menyelinap masuk ke dataran melalui dua kutub Bumi. Namun jumlah paparannya termasuk rendah sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
“Partikel sinar kosmik yang menyelinap ke atmosfer di kutub magnet Bumi dapat menciptakan cahaya aurora berwarna-warni yang menakjubkan,” kata Spesialis Dosimetri Eksternal di IAEA, Michael Hajek, dalam publikasi tertanggal 12 April 2021 itu.
IAEA juga mengatakan penumpang pesawat terbang menerima radiasi lebih banyak daripada mereka yang di darat, namun jumlahnya tetap tidak menimbulkan bahaya signifikan. Apalagi penumpang dan awak pesawat yang terbang rendah.
Namun, awak pesawat perjalanan jarak jauh melintasi kutub Bumi, terlebih astronot yang lokasinya jauh lebih tinggi, akan menerima paparan radiasi lebih besar lagi sehingga memerlukan pemantauan khusus untuk menghindari bahaya.
Tak ada penjelasan mengenai bahaya yang muncul karena menyalakan gawai dan terkena radiasi kosmik di jam-jam tertentu. Tingkat radiasi bisa bertambah ketika seseorang berada di tempat yang lebih tinggi atau di luar angkasa.
Namun, sesungguhnya saat itu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah menyatakan bahwa narasi tersebut keliru alias hoaks. Mereka mengatakan, narasi itu sering muncul jelang peristiwa gerhana bulan.
Demikian juga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah membantah klaim-klaim yang beredar itu, sebagaimana diberitakan Antara, 31 Juli 2018. BMKG mencatat, kabar hoaks itu kerap muncul jelang terjadinya fenomena alam.
Risiko Radiasi Kosmik
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC ) menjelaskan bahwa radiasi kosmik adalah radiasi dari luar angkasa yang paparannya juga sampai Bumi. Radiasi itu berasal dari bintang-bintang, seperti Matahari.
Radiasi kosmik terdiri atas partikel bermuatan energi tinggi, sinar-X, dan sinar gamma dari luar angkasa. Partikel-partikel itu sampai ke atmosfer bumi, lalu timbul reaksi dan menghasilkan radiasi sekunder yang sampai ke bumi.
Dengan demikian, radiasi kosmik juga memapar manusia. Rata-rata orang Amerika Serikat per tahun mendapat radiasi kosmik sebesar 0,34 mSv (34 mrem). Jumlah paparan itu tergolong rendah dan kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia.
Dilansir CNN Indonesia, 3 Agustus 2015, terdapat kecemasan di kalangan tim yang dibentuk Organisasi Public Health England (PHE), akan kemungkinan adanya radiasi kosmik dalam level yang berbahaya, yang memapar pengguna pesawat jarak jauh.
Namun, menurut Badan Antariksa Amerika Serikat ( NASA ), planet-planet dalam Tata Surya telah memiliki lapisa atmosfer bernama heliosfer yang menjadi tameng raksasa terhadap radiasi kosmik dari luar angkasa.
Badan Tenaga Atom Internasional ( IAEA ) juga menjelaskan bahwa medan magnet Bumi yang membentuk selubung pelindung magnetosfer, diketahui mampu memantulkan radiasi dari luar angkasa dan melindungi planet dari jilatan Matahari.
Memang terkadang ada radiasi kosmik yang berhasil menyelinap masuk ke dataran melalui dua kutub Bumi. Namun jumlah paparannya termasuk rendah sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
“Partikel sinar kosmik yang menyelinap ke atmosfer di kutub magnet Bumi dapat menciptakan cahaya aurora berwarna-warni yang menakjubkan,” kata Spesialis Dosimetri Eksternal di IAEA, Michael Hajek, dalam publikasi tertanggal 12 April 2021 itu.
IAEA juga mengatakan penumpang pesawat terbang menerima radiasi lebih banyak daripada mereka yang di darat, namun jumlahnya tetap tidak menimbulkan bahaya signifikan. Apalagi penumpang dan awak pesawat yang terbang rendah.
Namun, awak pesawat perjalanan jarak jauh melintasi kutub Bumi, terlebih astronot yang lokasinya jauh lebih tinggi, akan menerima paparan radiasi lebih besar lagi sehingga memerlukan pemantauan khusus untuk menghindari bahaya.
Tak ada penjelasan mengenai bahaya yang muncul karena menyalakan gawai dan terkena radiasi kosmik di jam-jam tertentu. Tingkat radiasi bisa bertambah ketika seseorang berada di tempat yang lebih tinggi atau di luar angkasa.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang berisi imbauan mematikan gawai di jam-jam tertentu untuk menghindari radiasi kosmik tertinggi yang membahayakan adalah klaimkeliru. Hoaks ini beredar berulang selama bertahun-tahun.
Radiasi kosmik bisa meningkat sampai level berbahaya pada manusia bila orang itu berada di ketinggian tertentu, terutama di area kutub Bumi, atau berada di luar angkasa. Sementara untuk mereka yang berada di daratan, dinyatakan aman dari bahaya.
Radiasi kosmik bisa meningkat sampai level berbahaya pada manusia bila orang itu berada di ketinggian tertentu, terutama di area kutub Bumi, atau berada di luar angkasa. Sementara untuk mereka yang berada di daratan, dinyatakan aman dari bahaya.
Rujukan
https://gaya.tempo.co/read/1111250/gerhana-bulan-juli-2018-awas-hoax-ini-selalu-muncul
https://www.cdc.gov/nceh/radiation/cosmic.html
https://science.nasa.gov/heliophysics/focus-areas/heliosphere/
Publish date : 2024-03-01