Berita
Liputan6.com, Jakarta - Materi cek fakta dan literasi digital perlu dikenalkan ke anak-anak usia dini, guna mencegah terpapar informasi palsu atau hoaks di media sosial.
Hal ini disampaikan Peneliti Glasgow Caledonian University, Jati Savitri Sekargati. Menurut Jati, dalam konteks internasional, anak-anak sudah dikenalkan caranya mencegah infomasi palsu dari siapa pun, termasuk dari media sosial.
"Dalam konteks internasional, edukasi terkait cek fakta dan literasi digital bisa masuk ke pendidikan anak usia dini, misalnya ada pembelajaran dont talk to strangers, jangan pernah berbicara dengan orang asing, itu untuk anak-anak TK," kata Jati menjadi pembicara di acara Virtual Class Liputan6.com, Rabu (28/2/2024).
Ia berharap, Indonesia bisa segera menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan. Namun, Jati menilai, ada sejumlah kendala yang harus dibenahi bila Indonesia ingin menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan.
Pertama, kata dia, sumber daya manusia (SDM) yang menguasai materi cek fakta dan literasi digital masih sangat terbatas.
"Selain itu bagaimana masalah pendanaannya dan lain-lain," tambah Jati.
Meski belum menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan, menurut Jati, pemerintah sudah memiliki langkah-langkah untuk menangani konten hoaks.
"Mereka sudah memiliki mekanisme-mekanisme untuk menanganin hoaks," ucap dia.
Jati berharap, masyarakat memiliki sikap kritis setiap menerima sebuah informasi dari media sosial. Selain itu, masyarakat juga perlu memiliki pengetahuan yang cukup terkait literasi digital. Hal ini guna mengantisipasi masyarakat terpapat hoaks.
"Sehingga minimal masyarakat bisa mengajarkan ke keluarganya, teman-temannya, dan kerabat-kerabatnya. Agar tidak mudah terpapar hoaks," kata Jati.
HASIL CEK FAKTA
KESIMPULAN
Publish date : 2024-02-28