Berita
Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, mengatakan bahwa selama ini tidak pernah ada insentif yang diberikan kepada muda menjadi petani. Untuk itu, dia akan menyiapkan beberapa insentif guna menarik minat anak muda menjadi petani.
“Tidak pernah ada insentif yang diberikan kepada anak muda untuk menjadi petani, modernisasi jadi pilihan dengan digitalisasi pertanian. Lahan sempit harus dilakukan pola konsolidasi, lahan kan pernah punya uji coba waktu itu di Sukoharjo,” kata Ganjar dalam Dialog Capres bersama Kadin Indonesia di Jakarta, Kamis 11 Januari 2024 yang dikutip dari Liputan6.com.
Benarkah klaim Ganjar yang menyebut tidak pernah ada insentif diberikan kepada anak muda untuk jadi petani?
HASIL CEK FAKTA
Peneliti Innovation Center for Tropical Sciences (ICTS), Riska Ayu Purnamasari dan dosen Kebijakan Publik Universitas Brawijaya, M. Rizki Pratama mengatakan pernyataan Ganjar tersebut adalah benar.
Menurut Badan Pusat Statistik (2023), persentase pemuda usia 16-30 tahun yang bekerja di sektor pertanian terus turun dari 20,79 persen pada tahun 2017 menjadi 18 persen pada tahun 2022. Di sisi lain, persentase pemuda yang bekerja di sektor jasa terus naik, yakni dari 52,86 persen pada 2017 menjadi 56,82 persen pada 2022.
Jumlah petani milenial memang minimalis hanya 21,93 persen (6.183.009 orang) pada tahun 2023. Jumlah petani milenial juga tidak merata antar provinsi dengan Provinsi Jawa Timur mendominasi dengan 15,71 persen (971.102 orang) pada tahun 2023.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa banyak pemuda enggan bergelut di sektor pertanian karena beberapa faktor. Riset Akatiga pada 2020 menunjukkan faktor-faktor yang menghambat anak muda menjadi petani karena lamanya waktu menunggu untuk dapat mengakses tanah milik orang tua, tingginya harga sewa/beli lahan untuk bertani, harga produk pertanian di tingkat petani yang fluktuatif bahkan cenderung rendah sehingga keuntungan bertani tidak sebesar sektor lain, dan kurangnya informasi akan praktik pertanian inovatif.
Menurut Rizki, sejauh ini program insentif untuk para petani muda belum hadir di tingkat nasional, akan tetapi di tingkat lokal sudah muncul inisiatif pemerintah daerah untuk mendorong para generasi muda untuk menjadi petani seperti program petani milenial dari pemerintah Provinsi Jawa Barat. Program petani milenial tersebut memberikan pelatihan, pemagangan, pemberian akses pasar, akses teknologi, akses kelembagaan, akses sarana dan prasarana produksi/pasca-produksi, asuransi, akses lahan serta sertifikasi/legalitas usaha dan produk.
Program insentif untuk petani muda dapat dilakukan melalui berbagai hal seperti program pemotongan pajak, program pelatihan, program pinjaman dengan bunga rendah, program bantuan pendanaan hingga program pensiun dini untuk beralih ke sektor pertanian.
KESIMPULAN
Berdasarkan verifikasi Tempo bersama ahli, klaim Ganjar Pranowo tidak pernah ada insentif diberikan kepada anak muda untuk jadi petani adalahbenar.
Menjadi petani muda memang sulit ditambah belum adanya kebijakan nasional yang mampu mendorong para pemuda untuk dapat berkontribusi dalam sektor pertanian. Pemerintah harus mampu mereduksi berbagai faktor yang membuat enggan para pemuda untuk aktif di sektor pertanian baik dari sisi penguatan sumber daya manusia, asset dan modal.
Rujukan
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/03/10/petani-muda-kian-beringsut
https://www.akatiga.org/language/id/kesempatan-kerja-orang-muda/
https://petanimilenial.jabarprov.go.id/
https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/fae/article/view/1144/1117
Publish date : 2024-02-06