Suara.com - Beredar narasi video yang menyebutkan bahwa Presiden Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Indonesia.Postingan YouTube berdurasi satu jam tersebut diunggah pada 19 Maret 2025. Adapun narasi video yang disampaikan sebagai berikut: "SUBHANALLAH UMAT MUSLIM INDONESIA JADI ALASAN KIM JONG UN CINTA DENGAN ISLAM" Dalam keterangan video, Kim Jong Un juga dinarasikan mempelajari tentang budaya, agama dan kehidupan masyarakat Indonesia: "Dalam video ini, kami mengungkapkan kisah mengejutkan tentang bagaimana Kim Jong Un, Pemimpin Tertinggi Korea Utara, mengungkapkan kekagumannya terhadap Islam setelah melakukan kunjungan resmi ke Indonesia. Selama perjalanan tersebut, Kim Jong Un dilaporkan mempelajari lebih dalam tentang budaya, agama, dan kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Temukan lebih lanjut mengenai bagaimana pengalaman ini mengubah pandangannya terhadap Islam dan bagaimana hal ini bisa mempengaruhi hubungan internasional di masa depan." Lantas benarkah Kim Jong Un berkunjung ke Indonesia?
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim penampakan sebuah kota di Myanmar usai diguncang gempa beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 30 Maret 2025. Video itu menampilkan suasana sebuah kota yang terlihat porak-poranda. Sejumlah bangunan hancur dan jalanan dipenuhi puing-puing. Video itu kemudian disebut-sebut sebagai penampakan sebuah kota di Myanmar usai diguncang gempa. "Penampakan Setelah Gempa Myanmar Kondisi Kota DiLihat Melalui Video Drone," tulis salah satu akun Facebook. Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 10 kali dibagikan dan mendapat 10 komentar dari warganet. Sebelumnya, gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang wilayah Sagaing, Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025. Getaran gempa Myanmar itu membuat kawasan Bangkok, Thailand luluh lantak. Penguasa militer Myanmar, Min Aung Hlaing mengatakan, jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,7 diperkirakan akan melampaui 3.000, setelah mencapai 2.719 pada Selasa 1 April 2025 pagi, dengan 4.521 orang terluka, dan 441 orang hilang. Gempa bumi tersebut menimbulkan kerusakan signifikan di kota kedua Myanmar, Mandalay dan Naypyitaw. Benarkah dalam video tersebut merupakan suasana sebuah kota di Myanmar usai diguncang gempa? Berikut penelusurannya.
SEBUAH video yang memuat testimoni penderita diabetes yang sembuh dari penyakit diabetes tanpa obat, beredar di Facebook [arsip]. Dalam video, seorang perempuan bernama Lestari mengakui kesembuhan ibunya yang berusia 63 tahun dari penyakit diabetes tanpa obat, tanpa dokter dan tanpa diet ketat. Sang ibu yang menderita diabetes selama 20 tahun, mengatakan, ia menemukan video dr. Vito, seorang endokrinologis asal Indonesia yang mengungkap manfaat luar biasa soda untuk mengatasi diabetes. Soda disebut bisa membersihkan pankreas dan membantu tubuh mengatur kadar gula darah secara alami. Benarkah video testimoni penyembuhan diabetes tersebut?
Suara.com - Media sosial diramaikan dengan narasi terkait kasus pagar laut Tangerang yang sempat menghebohkan publik. Kali ini narasi tersebut terkait klaim yang menyebut jika pagar laut kini diganti beton. Adapun video itu dibagikan akun TikTok dani30167 pada Kamis (6/2/2025) dengan caption: "habis bambu terbitlah BETON" dengan tagar #pagarlaut. Sementara narasi dalam video bertuliskan: "LAPOR KOMANDANHabis bambu terbitlah beton". Lantas benarkah kabar yang mengklaim jika pagar laut diganti beton?
Akun Facebook “Erikson Sinurat” pada Kamis (20/03/2025) mengunggah video [arsip] yang diklaim kericuhan sidang di DPR untuk mendesak RUU Perampasan Aset. Berikut narasi lengkapnya : "DPR-RI ricuh Yang pro rakyat Mendesak RUU Perampasan aset bagi Koruptor, Tetapi wakil ketua DPR RI menolak uu perampasan aset bagi Para koruptor" Hingga Minggu (23/03/2025) unggahan tersebut telah dilihat 4 juta kali, disukai 37 ribu pengguna dan menuai 26 ribu komentar.
Akun Facebook “Jakarta Keras” pada Selasa (04/03/2025) mengunggah video [arsip] yang mengklaim patung penyu di Sukabumi senilai 16,5 miliar berbahan kardus rusak. Berikut narasi lengkapnya : NETIZEN PERTANYAKAN ICON PENYU 16,5 MILIAR DI SUKABUMI RUSAK, TERNYATA BAHANNYA DARI KARDUS Hingga Sabtu (23/03/2025) unggahan tersebut telah disukai 33.000 pengguna Facebook, dan menuai 12.000 komentar.
tirto.id - Media sosial menjadi tempat beropini masyarakat secara bebas, tidak terkecuali terkait isu kesehatan. Hal ini membuat beragam narasi narasi dan teori dari siapapun bisa beredar di internet. Tirto menemukan sebuah unggahan di platform X (dulu Twitter) seputar teori kesehatan yang mencurigakan. Unggahan dari akun @blue_berets7 (arsip) pada 12 Maret 2025 lalu, menjabarkan teori yang mengaitkan respon imun dengan reaksi tubuh yang menerima racun. “‘Respons imun’ sebenarnya berarti orang tersebut keracunan. Carilah asal usul kata "antibody" itu artinya antitoksin. ‘Respons imun’ adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun,” begitu bunyi cuitan akun tersebut, mengutip seorang lainnya. Narasi ini mengaitkan respon imun yang disebut menyebabkan tubuh keracunan tersebut dengan vaksin. Narasi tersebut terdapat dalam gambar dalam unggahan. "Sebuah vaksin 'menyebabkan respons imun yang kuat,' itu berarti peningkatan antibodi, yang berarti Anda diracuni,” begitu bunyi keterangan dalam unggahan gambar dalam unggahan. Narasi tersebut memang hanya mendapat sedikit atensi, namun tersebar di berbagai media sosial. Kami menemukan unggahan berikut dari akun Threads @auggy_auggy_ dan di unggahan Facebook "Richard Minick" berikut, yang tersebar beberapa waktu sebelumnya. Meski tak banyak mendapat respon dari netizen, narasi soal kesehatan seperti ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan, sehingga perlu dicek kebenarannya. Lalu, benarkah narasi yang mengaitkan respon imun dari vaksin dengan keracunan?
Sebuah narasi beredar di Threads [arsip] yang menyatakan bahwa kerusuhan Mei 1998 di Indonesia tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa. Dikatakan korban kekerasan saat itu 99 persen pribumi. Konten tersebut menyebut tidak ada hasil pemeriksaan forensik yang mendukung klaim banyak dari etnis Tionghoa yang menjadi korban di masa itu. Berikut narasi selengkapnya: “Kerusuhan Mei 1998 korban utamanya adalah 99% pribumi. Tidak ada korban spesifik etnis Tionghoa yg dapat ditelusuri otentisitas forensiknya. Jika ada pihak terus menerus framing menghubungkan rusuh Mei 98 sbg kekuatan rekayasa yg dikatakan untuk menargetkan (anti) etnis tertentu…” Namun, benarkah narasi yang mengatakan penyerangan dalam kerusuhan Mei 1998 tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa?